fbpx

ARIE PETHEK : PESAN RAMADHAN UNTUK KELESTARIAN ALAM

pertambangan pasir dokumentasi bloranews
Pertambangan pasir di sepanjang Bengawan Solo wilayah Blora selatan

Blora (16.06.2016) Pertambangan pasir yang dilakukan di kawasan Blora selatan semakin lama semakin mengkhawatirkan kelangsungan lingkungan. Potensi kerusakan yang ditimbulkan pun bukanlah kerusakan ringan.

pertambangan pasir dokumentasi bloranews
Pertambangan pasir di sepanjang Bengawan Solo wilayah Blora selatan

Rusaknya jalan akibat aktivitas pertambangan disebabkan tingginya frekuensi pergerakan truk pengangkut pasir yang beroperasi di kawasan tersebut. Selain itu, rusaknya jalan sebagai infrastruktur vital memacu menurunnya harga pertanian di area Blora selatan.

Arie Pethek (26) aktivis lingkungan asal desa Sambongwangan Kecamatan Randublatung menuturkan tentang kondisi ancaman kerusakan alam yang semakin mengkhawatirkan setiap tahun.

“ Rusaknya jalan menjadi salah satu alasan bagi para tengkulak untuk menurunkan harga hasil bumi di daerah ini. Walaupun membuka lapangan kerja, tapi pertambangan pasir ini hanya dapat menyerap kurang dari seratus pekerja lokal. Ini tidak imbang dengan kerusakan yang dihasilkan “ tutur Arie Pethek kepada Bloranews.com siang tadi (16/06/16).

Lebih lanjut, longsornya tepian sungai Bengawan Solo wilayah Kradenan, Kedungtuban dan Kecamatan Cepu juga menjadi kekhawatiran bagi masyarakat.

Dalam pengamatan Arie, aktivitas pertambangan pasir massal telah terjadi sejak tahun 2005 silam. Pada saat itu, sebagian besar aktivitas pertambangan pasir dijalankan secara tradisional. Para penambang mengambil pasir yang terletak di tengah sungai sehingga tidak mungkin terjadi longsor.

Bulan ramadhan ini, Arie Pethek menyampaikan pesannya agar pertambangan pasir di sepanjang Bengawan Solo tidak dilakukan secara membabi-buta. Pertambangan pasir seharusnya dilakukan dengan tetap memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan dan kelestarian alam.

“ Nambang yo nambang, Nanging ojo urakan (silakan menambang pasir, tetapi jangan membabi-buta) ” pesan Arie Pethek.

Reporter  : Pay Kenthiri

Foto      : Dokumentasi Arie Pethek