OPINI  

BELAJAR DEMOKRASI DARI PEMILU OSIM MA MAARIF NU DOPLANG

Dianulirnya Surat Keputusan (SK) Pimpinan Cabang (PAC) Muslimat NU Cabang Cepu bernomor 001/SK/A/PCMNU/IV/2021 tentang Susunan Pimpinan Anak Cabang Muslimat NU Kecamatan Jati masa bakti 2021-2026 menimbulkan pertanyaan besar dari kalangan nahdliyin di Kabupaten Blora. Tak hanya itu, masyarakat secara umum pun mengernyitkan dahi lantaran peristiwa ini terjadi hanya sesaat sebelum pelantikan digelar.
Karjo: Kepala Madrasah Aliyah Maarif NU Kecamatan Jati dan Ketua Persatuan Guru NU (Pergunu) Kecamatan Jati.

BLORANEWS – Pemilihan Ketua Organisasi Siswa Intra Madrasah (OSIM) merupakan forum demokrasi terakbar di Madrasah Aliyah NU Doplang. Dalam forum ini, para siswa berlatih secara langsung mempraktekkan demokrasi dengan memilih (atau dipilih menjadi) satu pemimpin yang akan bertugas hingga satu tahun ke depan. Kemampuan dalam mempengaruhi sesama dan menawarkan rencana kerja menjadi pertaruhan dalam even ini.

Sebagai tetua di Madrasah, penulis merasa antusias dan memiliki ekspektasi tinggi pada forum demokrasi ini. Penulis berharap, melalui forum ini para siswa belajar dan memahami cara kerja demokrasi yang sampai saat ini masih menjadi pilihan terbaik dalam setiap momentum suksesi di negeri ini. Di sisi lain, para siswa juga mengetahui kekurangan dalam sistem demokrasi yang meletakkan kedaulatan di tangan tiap-tiap individu, dan mengedepankan kesetaraan hak untuk memilih.

Pemilihan Ketua OSIM, dalam perspektif yang lebih luas, bukanlah semata memilih seorang siswa untuk memimpin sesamanya. Lebih dari itu, forum ini juga menentukan bagaimana wajah kegiatan siswa dalam satu tahun ke depan. Meski tidak dapat dinafikan peran guru pendamping kesiswaan dalam mengawal jalannya program siswa nantinya. Tentu penulis berharap, program OSIM nantinya akan sinergi dengan visi besar madrasah, yakni menumbuhkan jiwa kepesantrenan.

Untuk itu, sejumlah mekanisme untuk memastikan munculnya kandidat yang sesuai dengan visi besar madrasah telah dilakukan. Seperti yang terjadi dalam percaturan politik nasional, memunculkan kandidat calon Ketua OSIM bukanlah perkara yang sederhana. Untuk itu, dilakukan musyawarah (baca: konsolidasi) antara para guru pendamping siswa, wali kelas, dan pengurus serta ketua OSIM yang akan didemisionerkan.

Keseluruhan tahapan yang dilalui para kandidat akan melatih mereka terbiasa bermusyawarah dan saling memahami kepentingan semua stakeholder madrasah. Secara praktis, nantinya akan menjadi pengalaman bagi para siswa untuk siap terlibat sebagai penjaga demokrasi di kehidupan nyata. Bukan tidak mungkin, anak-anak ini dalam sepuluh sampai lima belas tahun ke depan akan mengambil peran sebagai penyelenggara, pemantau, atau bahkan peserta pemilu. 

Tentang penulis: Karjo adalah Kepala Madrasah NU Doplang dan pernah bertugas sebagai Ketua KPPS dalam Pilpres 2009 dan Pilpres 2014.

*Opini di atas merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab Bloranews.com