fbpx
OPINI  

FENOMENA BAHASA ALAY DI KALANGAN REMAJA

Laily Selviyah Safitri

Indonesia merupakan negara dengan berjuta-juta penduduk yang memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tapi tetap satu. Berbeda-beda di sini adalah berbeda dalam segala keanekaragaman budaya, ras, suku bangsa dan adat istiadat.

Begitu pula indonesia memiliki berbagai bahasa yang berbeda-beda di setiap daerah. Namun, perbedaan itu tetap disatupadukan dengan satu bahasa, yaitu bahasa Indonesia.

 

Laily Selviyah Safitri

 

Pada era milenial saat ini penggunaan bahasa Indonesia mulai menampakan adanya pergeseran, dengan munculnya fenomena bahasa alay di kalangan remaja. Saat ini remaja indonesia secara tidak langsung telah terjajah oleh bahasa alay. Bahkan, remaja lebih sering menggunakan bahasa alay daripada bahasa indonesia.

Mereka beranggapan, munculnya bahasa gaul merupakan sebuah kreativitas baru. Hal ini di pengaruhi oleh munculnya bahasa alay di berbagai media sosial seperti facebook,  twitter,  dan instagram yang diserap dan ditiru tanpa adanya filter terlebih dahulu.

Sehingga, di kalangan remaja muncul anggapan,  jika mereka tidak menggunakan bahasa alay mereka akan dibilang ketinggalan zaman, kolot, dan tidak gaul.

Tentu saja, pendapat ini merupakan pandangan yang salah, dan seharusnya disingkirkan dan dibuang. Menggunakan bahasa alay dan meninggalkan Bahasa Indonesia, menimbulkan dampak negatif yang akan merusak karakter remaja.

Remaja akan mudah meremehkan bahasa indonesia yang berujung melunturnya rasa cinta dan rasa nasionalisme terhadap bahasa indonesia. O leh karena itu, perlu adanya upaya untuk tetap menjaga dan melestarikan bahasa  Indonesia.

Segenap lapisan masyarakat khususnya remaja sebagai generasi penerus bangsa harus dapat menjunjung tinggi bahasa Indonesia agar tetap terjaga eksistensinya dan dapat menjadi sebuah kebanggan identitas nasional.

Sudah seharusnya sebagai generasi muda cermat dan pintar dalam memilih dan memilah perkembangan tren yang ada. jangan sampai perkembangan tren tersebut merusak budaya bahasa bangsa sendiri. Maka dari itu, mari cintailah bahasa Indonesia!.

Tentang penulis: Laily Selviyah Safitri adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang