fbpx
OPINI  

IBU: KERINDUAN DAN DOA

Rohim Habibi
Rohim Habibi

Tanggal 22 Desember selalu diperingati sebagai Hari Ibu. Orang-orang merayakannya lewat pelbagai media dan cara. Ucapan selamat Hari Ibu membanjiri koran, majalah, facebook, whatsapp, twitter, instragram, youtube dan sebagainya.

Di Twitter misalnya, #selamathariibu2018 menembus sampai 1.999 tweet. Beranda whatsup, instragram, dan facebook pun demikian, menarasikan ibu dalam doa dan kerinduan. Wah!

Ibu memang luar biasa. Seno Sastroamidjojo (akademisi UGM) merayakan Hari Ibu dengan mempersembahkan buku “Perkawinan dan Kesehatan”, kepada istrinya dengan penuh romantisme.

 

Rohim Habibi
Rohim Habibi

 

“Pertama-tama kepada istri saja dan kaum wanita pada umumnja, jang bertjita-tjita menudju ke arah Kesempurnaan Perkawinan”. Dalam buku tersebut, Seno menggambarkan sosok Ibu sebagai wujud kesempurnaan. Buku dicetak ulang sampai tiga kali. Aku punya yang terakhir, terbitan 1965.

“Kewadjiban kaum wanita sebagai ibu anaknja itu, pada hemat saja, lebih berat lagi daripada sebagai isteri suaminja,” tulis Seno dalam bukunya itu.

Seno Sastroamidjojo ingin mengabarkan kepada khalayak betapa menjadi seorang ibu penuh dengan tanggung jawab. Rela meninggalkan kesenangan pribadi demi kebahagiaan suami dan anak-anaknya.

Tak berhenti di sini, menurut Seno, seorang Ibu “sambil menunaikan tugas-kewadjibannja sebagai seorang wanita belaka dan  seorang “warga masjarakat”, Ibu menjadi juru dakwah keluarga di masyarakat. Ibu juga merupakan pendidik, psikolog, sosiolog, kriminolog bahkan bartender bagi suaminya.

Sosok ibu juga menjadi inspirasi bagi Joko Pinurbo dalam puisi-puisinya, seperti di bawah ini:

Ketika tiga hari kemudian Yesus bangkit dari mati

Pagi-pagi sekali Maria datang ke kubur anaknya itu

Membawa celana yang dijahitnya sendiri

”Paskah?” tanya Maria

“Pas sekali, Bu,” jawab Yesus gembira

Mengenakan celana buatan ibunya, Yesus naik ke surga

(Celana Ibu, 2004).

Betapa cinta dan doa seorang ibu menjadi sarana kebahagiaan (dunia-akhirat) anak-anaknya. Selamat dan terima kasih, Bu.

Untuk ibu yang fasih melafalkan laku kesempurnaan, bukan ibu yang mengganti romantisme keluarga dengan media sosial. Mendidik anak dengan gadget. Memasak dengan go-food. Bukan pula untuk ibu yang bersolek dipinggir sawah, pohon, pertigaan dan tempat sepi lainnya bersama ketua partai, bukan suaminya. Lucu. Begitu.

 

Penulis: Rohim Habibi, Pendamping Desa Kecamatan Cepu Kabupaten Blora, Jawa Tengah

 

 

Verified by MonsterInsights