fbpx
Adv  

LEBIH DEKAT DENGAN BATIK CIPRAT KEDUNGWUNGU, KARYA DISABILITAS YANG DIBAWA KE BELANDA

Batik Ciprat Shelter Workshop Harapan Mandiri karya penyandang disabilitas di Desa Kedungwungu, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora.

Todanan, BLORANEWS – Beragam warna pada kain terlihat saat memasuki rumah Fitria Rusmiyati, selaku pemilik batik Ciprat Shelter Workshop Harapan Mandiri yang berada di Desa Kedungwungu, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora.

Batik-batik ciprat tersebut merupakan barang dagangan yang dibuat oleh para penyandang disabilitas. Dikatakan, keberadaan batik ciprat berawal saat ada pelatihan di Temanggung, Jawa Tengah pada 2018 lalu.

Waktu itu, dirinya bersama dengan Dinas Sosial merekrut anak-anak disabilitas agar mempunyai keterampilan membatik.

Karena tidak ada tempat pastinya, keberadaan dan pelatihan batik ciprat lokasinya sering berpindah-pindah. Mulai dari Desa Tinapan, di kantor PKK Desa Kedungwungu, hingga yang terakhir di rumah Fitria Rusmiyati.

“Harapannya ya bisa dibuatkan rumah produksi,” ucap Fitria saat ditemui dirumahnya, Minggu (28/5/2023) kemarin.

Meskipun sampai saat ini belum memiliki rumah produksi, dirinya mengaku dalam sebulan mampu memproduksi sebanyak 100 potong kain batik ciprat.

“Kalau pesenan rame Alhamdulillah per bulan sampai 100 potong, bulan ini 100 potong lebih, namanya juga usaha ada pasang surut. penjualan per bulan paling sedikit ya 10 potong masih bisa,” terang dia.

Dalam menjalankan usaha tersebut, sejumlah anak-anak disabilitas diajak untuk membuat cipratan pada kain yang dibuat.

“Ya susah, kendalanya harus sabar. Kalau disabilitas fisik pemikirannya masih normal, tapi kalau disabilitas yang lain kan harus selalu mengarahkan, jadi perlu kesabaran,” kata dia.

Dirinya menjelaskan batik ciprat per potong dengan ukuran 2 meter x 115 cm dijual Rp 150 ribu.

“Bervariasi sih dari harga Rp 130 ribu sampai 150 ribu,” ujar dia.

Agar bisnis yang mengkaryakan para disabilitas ini tetap bertahan, maka perlu adanya perhatian dari pemerintah.

Untuk saat ini, Pemkab Blora melalui dinas sosial telah memberikan bantuan berupa kain dan peralatan.

“Harapan kami ya untuk pembuatan batik ciprat bersama anak-anak disabilitas lebih diperhatikan, kami berharap dari pemerintah dibantu untuk pemasaran mungkin bisa bagi OPD untuk menggunakan seragam batik ciprat,” harap dia.

Pasalnya batik Ciprat tersebut beberapa kali telah mengikuti pemeran tingkat nasional. Bahkan hasil batik Ciprat itu telah dibawa ke Belanda.

“Paling jauh kemarin dibawa tamu dari Belanda sekitar 10 potong,” kata dia.

Salah seorang penyandang disabilitas, Ucik Lestari merasa senang dapat membuat batik ciprat yang diminati banyak orang. Makanya sejak 2018, sampai saat ini dirinya masih setia untuk berkarya di tengah keterbatasan yang dimilikinya.

“Ya senang saja, mengisi kegiatan, membuat batik enggak susah kok. Kalau nyiprat sudah biasa, tapi kalau bikin motif kan perlu bantuan,” ucap dia. (yayak)

Verified by MonsterInsights