fbpx
OPINI  

LEBIH DEKAT DENGAN KOTA MINYAK : CEPU KOTA PERDAGANGAN ABAD XVI – XVII

Suasana penyebrangan ojek perahu bengawan solo Blora
Suasana penyebrangan ojek perahu bengawan solo

Cepu (21.07.2016) Abad XVI sampai dengan abad XVI Cepu merupakan sebuah kota perdagangan tersibuk di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain sebagai tumpuan pemerintah Kolonial Hindia-Belanda untuk mendistribusikan hasil-hasil alam Blora, Cepu juga mempengaruhi denyut perdagangan dari jalur utara dan jalur selatan pulau Jawa secara signifikan.

penyebrangan JIpang _ payaman
Perahu Kayu, alat transportasi tradisional masyarakat Cepu untuk melintasi Bengawan Solo

Sebelum pembangunan besar-besaran jalur lokomotif di Pulau Jawa, sebagian besar laju perekonomian dan transportasi rakyat menggunakan jalur sungai. Sungai Bengawan Solo sebagai sungai terpanjang di Pulau Jawa menjadi poros lalu lintas perekonomian yang sibuk. Cepu, berada di jalur persimpangan antara jalur utara yang berpusat di Pelabuhan Gresik dan jalur selatan yang berpusat di Mojokerto dan Surakarta (Solo).

Lalu lintas sungai antar kota besar ini dilakukan dengan perahu dan kapal-kapal kecil yang berlalu-lalang melintasi sungai legendaris ini. Berbagai komoditas pertanian dan perkebunan dari daerah pertanian Jawa Tengah seperti beras, jagung dan gula kelapa disimpan terlebih dahulu di Cepu untuk kemudian didistribusikan ke luar Jawa melalui Pelabuhan Gresik.

Demikian pula sebaliknya, berbagai komoditas dari luar Jawa seperti Rotan, Gaharu, dan rempah-rempah harus transit terlebih dahulu di Pelabuhan Cepu untuk kemudian didistribusikan ke berbagai wilayah di Jawa.

Kayu Jati sebagai komoditas unggulan Kota Mustika didistribusikan melalui jalur ini oleh pemerintah Kolonial. Kayu Jati yang telah ditebang kemudian ditata sedemikian rupa dan ditarik dengan kapal sehingga sampai ke Pelabuhan Gresik.

Aktivitas perdagangan sungai ini mulai surut ketika pemerintah Kolonial membangun jalur kereta api di berbagai tempat di Pulau jawa. Dewasa ini, lalu-lintas di Bengawan Solo Cepu tidak lagi menjadi pilihan utama, masyarakat lebih memilih jalur darat. Akan tetapi, kembali menghidupkan kejayaan Cepu melalui aktivitas budaya dan pariwisata di Bengawan Solo sangat mungkin dilakukan, oleh pemerintah maupun masyarakat.

Penulis          : Aribpak’i Muhammad

Foto              : Bloranews.com

Sumber         : Budaya-indonesia.org / Legenda Sungai Bengawan Solo

 

BACA JUGA :

Pelayanan Masyarakat Dan Pembengkakan Gaji PNS

PEKAN TERAKHIR RAMADHAN DI BLORA : RAGAM WAJAH KEMISKINAN

WAJAH BUDAYA KOTA MUSTIKA : APATISME GENERASI MUDA DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH