fbpx

PEMUDA TUMPUAN MASA DEPAN, AGEN PERUBAHAN

Ilustrasi.
Ilustrasi.

BLORANEWS – “Beri aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia,” Ir Soekarno.

Bulan Oktober lekat dengan semangat juang yang tak pernah padam dari para pemuda pahlawan bangsa. Sebuah momentum bersejarah di mana pemuda turut andil memikirkan nasib bangsa hingga declare sumpah pemuda menjadi kisah heroik yang dikenang sepanjang masa.

Berbicara pemuda memang tak bisa dilepaskan dari peranannya sebagai generasi penerus bangsa, kelak akan mewarisi perjuangan pendahulunya. Untuk itu sudah seyogianya menjadi tanggung jawab bersama mengawal dan menuntun mereka agar jangan sampai salah arah. 

Seperti yang disampaikan oleh Kanit Binmas Polsek Cepu Polres Blora, Ipda Hadi saat menjadi pembina upacara di SMA Negeri 1 Cepu (Senin 24/10/2022), mengatakan bahwa seorang pelajar haruslah rajin belajar dan bijak dalam bermedia sosial dalam era perkembangan kemajuan teknologi dan komunikasi.

Lebih lanjut, Ipda Hadi dalam Agenda Goes to School tersebut juga berpesan bahwa pelajar harus tetap semangat dalam meraih cita-cita, tekun dan giat belajar tanpa dipengaruhi oleh kendala atau penyimpangan lainnya. 

Potensi pemuda yang sangat vital untuk kemajuan peradaban sebuah bangsa memang sudah seharusnya diberi perhatian lebih. Mengingat meski saat ini Indonesia tidak lagi mengalami penjajahan secara fisik, namun sejujurnya masih terjajah secara mental, intelektualitas dan spiritualitas oleh sistem kapitalisme-sekulerisme.

Tanpa disadari, sistem kapitalisme-sekulerisme telah melumpuhkan pemuda dengan segala potensinya demi melanggengkan eksistensi sistem. Bagaimana tidak, sistem kapitalisme melalui sistem pendidikannya yang berasas sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan) telah menggiring pemikiran pemuda ke arah cara pandang materialisme semata. Tidak sedikit pemuda fokus pada capaian individu, mengejar eksistensi diri, dan lebih mementingkan untuk mengumpulkan materi.

Pemuda saat ini lebih banyak kehilangan sifat empati terhadap kondisi lingkungan sekitar, mereka lebih asik menikmati dunia media sosial tanpa peduli sekitar. Mereka mudah terprovokasi, mengalami pelemahan moral sehingga peran pemuda yang sejatinya adalah agen perubahan dan penerima tongkat estafet masa depan malah justru tergerus oleh kejahatan global.

Inilah buah penerapan sistem kapitalisme-sekularisme, di mana pemuda diserang dari berbagai sisi. Serangan pemikiran terus diaruskan ke dalam isi kepala mereka, diantaranya hedonisme, kebebasan, pluralisme, HAM, moderasi telah menggeser cara pandang mereka jauh dari fitrah sejatinya, untuk apa mereka diciptakan?

Sebagai seorang pemuda muslim, tentu saja ide-ide kebebasan, hedonisme, HAM, pluralisme (lahir kebebasan nikah beda agama, menganggap semua agama sama) jelas bertentangan dengan Islam. Ditambah lagi, arus liberalisasi yang menyerang pemikiran mereka seperti 5F (fun, food, fashion, film, faith) dan 1S (sing) semakin menambah parah deret kemaksiatan yang tercipta.

Akibatnya, pemuda kini tidak seperti pemuda dulu yang berjuang dengan ruh semangat bervisi akhirat. Pemuda kini lebih berorientasi visi dunia, melupakan identitas sebagai agen perubahan hakiki, dan saat ini lebih fokus untuk berlomba-lomba mengejar kebahagiaan materi yang kental akan nilai nilai materialistis, sekuleris dan liberalis. 

Sehingga, tidak heran ketika mereka yang seharusnya menjadi aset penerus bangsa yang memiliki daya juang luar biasa, namun nyatanya mereka adalah generasi labil yang tenggelam dalam lautan kesenangan duniawi tanpa mengindahkan aturan agama.

Tidak sedikit kasus bermunculan dari kelabilan mereka dengan berbagai kasus penyerta pun meningkat dari tingginya angka bunuh diri, penggunaan narkoba, seks bebas dan beragam tindak kriminal lainnya sebagai dampak adopsi dari pemikiran yang telah rusak. Jika hal ini terus dibiarkan maka negeri ini akan kehilangan aset berharga, modal besar tumpuan masa depan.

Sudah seyogianya, ini menjadi pemikiran bersama. Pemuda sejatinya pemain utama dalam pengukir peradaban dunia. Sudah seharusnya mereka dididik dan dibina sesuai fitrahnya. Potensi semangat, keberanian, intelektualitas di dalam diri mereka harus dibentuk untuk tumbuh menjadi seorang pemuda bervisi akhirat, yang gagah perkasa sebagai calon pemimpin di masa datang dengan kematangan berfikir dan keagungan sikap yang lahir dari akidah yang kuat. 

Pemuda harus dibekali ilmu agama, dimulai dengan menanamkan nilai agama sedini mungkin kepada mereka.

Keluarga sebagai unit terkecil memiliki peran utama untuk mengembalikan mereka pada fitrah sesungguhnya, mengingatkan tujuan utama hidup sebenarnya yaitu penyembahan kepada Sang Pencipta.

Masyarakat menjadi kontrol sosial dalam kehidupan pergaulan mereka, mengarahkan nilai nilai kebenaran, menanamkan sikap saling peduli sosial, empati tinggi pada sesama. Selain itu, tidak kalah penting adalah peranan negara. Negara sangat dibutuhkan sekali peranannya sebagai institusi yang melahirkan regulasi. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh negara seyogyanya bersifat membangun dan produktif untuk pembentukan karakter Islami yang kuat untuk jayanya sebuah peradaban.

Daya gedor pemuda yang luar biasa ini dalam melakukan perubahan, telah dibuktikan oleh sejarah ribuan tahun silam. Bagaimana pemuda memiliki kiprah menorehkan tinta emas dalam perjuangan dan perubahan bersama sama Rasulullah saw, saat melakukan perombakan terhadap tatanan jahiliah menuju tatanan Ilahiyah.

Sebut saja, Ali bin abi thalib (8th), Zubair bin Awwam (8th), Thalhah bin Ubaidillah (11 tahun), Al-arqam bin abi al-arqam (12tahun), Abdullah bin Mas’ud (14 tahun), Saad bin Abi Waqqash (17 tahun) ja’far bin Abi Thalib (18 tahun), Zaid bin Haritsah (20 tahun). Mereka adalah sahabat Rasulullah saw yakni para pemuda yang merupakan icon perubahan yang mewujudkan peradaban emas. 

Dengan demikian, jika sinergitas keluarga, masyarakat dan negara ini tercipta untuk mengawal dan mengarahkan pemuda, maka tidak mustahil sejarah akan kembali terulang bahwa pemuda sekarang adalah penoreh tinta emas, generasi hebat pengukir peradaban.

Tentang penulis: Ulfa Ni’mah merupakan seorang Pengajar di Cepu.

*Opini di atas merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab Bloranews.com