fbpx
OPINI  

SIKUT SAKTI SAKIT DISIKAT

Tekad bulat jangan sampai terlambat untuk ikut terlibat mendukung kandidat. Meski untuk menang harus adu siasat juga masuk pergumulan hebat. Keuntungan materi, sharing kuasa dan kebanggaan memacu semangat. Seolah kasat terlihat gula-gula kekuasaan memacu hasrat.
BBS.

Tekad bulat jangan sampai terlambat untuk ikut terlibat mendukung kandidat. Meski untuk menang harus adu siasat juga masuk pergumulan hebat. Keuntungan materi, sharing kuasa dan kebanggaan memacu semangat. Seolah kasat terlihat gula-gula kekuasaan memacu hasrat.

Semua mafhum bahwa kekuasaan punya wenang menentukan hajat masyarakat.Jika melihat yang sudah lewat, kemauan penguasa adalah pengendali kuat nan hebat. Seakan semua aturan dan kebijakan melekat erat dan sarat kepentingan.

Sebelum member dukungan, beragam bayangan dan harapan sibuk melintas dalam pikiran. Bertarung memenangkan kontestasi dibarengi asa menjulang kelak ikut berkuasa dan mengendalikan.

Visi kerakyatan harusnya menjadi alasan dalam menentukan pilihan. Nyatanya hanya diperalat menjadi propaganda murahan. Idealnya demikian.

Rupanya mencari yang ideal bukan hal yang masyhur. Jika ada pun pasti bukan jumhur. Sinar warnanya semakin tidak jelas alias kabur. Berjalan terhuyung hendak tersungkur. Denyut nadi melemah mendekat kubur.

Tidak ada makan siang gratis. Sebuah analogi yang hampir sama persis. Transaksional dalam politik menjadi kebiasaan yang membuat miris.

Sumber daya yang dikeluarkan telah matang diperhitungkan agar berbanding lurus dengan harapan.

Bagi-bagi kekuasaan dan kedudukan motivasi dominan dalam mencurahkan segenap kekuatan.

Dalam politik entah apa istilah yang pas. Investasi ataukah bantuan? Sepertinya bukan pengorbanan.

Kumpulan tim sukses, jaringan atau relawan..??? yang tahu pasti pelaku dan Tuhan.

Pasca kemenangan terlihat ramai kerumunan. Semua bak pahlawan tetapi anehnya sembari menyodorkan daftar pengeluaran. Mirip kas bon yang dimintakan pengembalian.

Yang pasti tidak semua akan merasa puas, karena kapasitas dan otoritas yang terbatas.

Bisa jadi kecewa dan sakit hati karena merasa dilewati, diingkari dan dikhianati.

Jaman berubah. Selain aturan ketat mengancam juga banyak pihak mengawasi yang mengintai, setiap saat siap mengecam dan menghantam.

Sikap jumawa bukan cara mengokohkan wibawa. Arogansi melahirkan antipati kepada penguasa.

Hari ini akses informasi mudah digali, regulasi mudah dipelajari. Semua mungkin dijadikan alat melawan tirani.

Karenanya, yang merasa orang dalam dan orang dekat dilarang sok matoh ikut-ikutan berkuasa.

Adigang, adigung, adiguna adalah sikap primitif dan ndeso.

Ora ono sing sekti mandroguno.

Tentang penulis: SBS merupakan pengarang buku Orang lapangan. Saat ini menjabat sebagai Ketua DPD PKS Blora.

*Opini di atas merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab Bloranews.com

Verified by MonsterInsights