OPINI  

SURONAN DAN SEDEKAH BUMI, DUA TRADISI YANG MASIH LESTARI DI BLORA

Bulan suro
Pembagian air jamasan pusaka dari keluarga RM. Yudhi Sancoyo dan RA. Manik Hapsari kepada warga masyarakat

 Sedekah Bumi

Sedekah Bumi atau yang sering disebut Gasdeso oleh masyarakat Blora, juga merupakan tradisi yang tak lekang dimakan jaman. Sedekah Bumi diselenggarakan usai panen raya yang merupakan wujud rasa syukur masyarakat Blora atas hasil panen yang melimpah.

Biasanya saat perhelatan acara Sedekah Bumi ini, masyarakat membuat beberapa jajanan khas yaitu Pasung, Bugis, Tape, dan Dumbeg. Jajanan itu akan disuguhkan kepada tamu atau kerabat yg datang kerumah.

Dalam upacara Sedekah Bumi, warga berkumpul menjadi satu di tempat sesepuh kampung. Bisa juga di balai desa, sumur, waduk, makam sesepuh atau tempat-tempat yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat setempat.

Upacara, dimulai dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh tokoh adat atau tokoh agama, dan diakhiri dengan berbagi makanan antara warga yang hadir. Di sisi lain, Sedekah Bumi sangat dinantikan kawula muda, bahkan anak-anak.

Tak jarang, siswa SMA dan SMP membolos sekolah hanya karena ingin menghadiri acara tradisi sedekah bumi tersebut. Padahal di acara sedekah bumi ini hanya ada makanan dan jajanan pasar. Mungkin bagi mereka, tradisi Sedekah Bumi merupakan ajang untuk mendapatkan kenalan atau teman baru.

Puncak acara Sedekah Bumi, biasanya diisi dengan berbagai jenis pertunjukan rakyat. Diantaranya, pagelaran wayang, Tayub, pentas musik dangdut, dan berbagai pertunjukan lainnya.

Penulis : Sheptya Sri Mardani