fbpx

WASPADA GERAK SENYAP KAUM ‘RADIKAL’ DI BLORA

Bupati Blora Djoko Nugroho memimpin upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila 2019 di halaman Gedung Konco Tani

Blora- Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila 2019 di Kabupaten Blora diwarnai dengan pembacaan Ikrar Kesetiaan terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ditegaskan, Pancasila tidak boleh digantikan dengan ideologi lain.

 

Bupati Blora Djoko Nugroho memimpin upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila 2019 di halaman Gedung Konco Tani

 

“Saya minta seluruh yang hadir dalam upacara ini bisa menjadi pengawal dan pengamal nilai-nilai Pancasila,” tegas Bupati Blora Djoko Nugroho dalam amanatnya pada upacara yang berlangsung di halaman Gedung Konco Tani, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Selasa (01/10) hari ini.

Sayangnya, berdasarkan hasil kajian Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Blora ditengarai, ratusan orang telah terpapar ideologi radikal. Parahnya, mereka yang terpapar sebagian besar merupakan pelajar dan Aparatur Sipil Negara (ASN).

“Warga Blora terpapar faham radikalisme ada ratusan, dan koordinatornya dari ASN,” ungkap Kasi Kewaspadaan Dini dan Ketahanan Masyarakat Kantor Kesbangpol Blora, Tony Games, dalam sarasehan di Mapolres Blora pekan lalu.

Keterangan Tony Games yang dikutip suarabaru.id tersebut, dikuatkan dengan penjelasan dari Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Blora, KH Ishad Shofawi. Menurut Ishad, pergerakan kaum radikal cenderung halus dan tidak menyita perhatian.

“Sejak HTI dibubarkan, para penganut ideologi radikal menyusup ke sejumlah lembaga lain yang seideologi,” jelasnya saat ditemui Bloranews.com di kediamannya, kawasan Tambahrejo Blora Kota.

Lebih lanjut, Ishad menambahkan, meski bergerak senyap, kaum radikal tetap konsisten meperjuangkan apa yang diyakininya. Mengganti ideologi Pancasila dan menolak himbauan untuk cinta tanah air.

“Ciri-ciri yang tampak antara lain, saat dinyanyikan lagu Indonesia Raya, Padamu Negeri atau Yel-yel NKRI Harga Mati, mereka diam. Intinya, kaum radikal ini ingin berkuasa dengan menghalalkan segala cara, bahkan dengan kekerasan,” paparnya.

Menurut Ishad, saat ini sejumlah institusi negara, baik di lingkungan Pemkab maupun institusi vertikal telah mewaspadai pergerakan ideologi radikal tersebut. Langkah pencegahan dengan menggelar sarasehan kebangsaan juga terus dilakukan sejumlah elemen masyarakat. (jyk)

Verified by MonsterInsights