fbpx

WUJUDKAN BLORA NEW ZERO STUNTING, ANGKA STUNTING TURUN JADI 93,23 PERSEN

Ilutrasi
Ilustrasi Berdesa.com.

Blora – Kasus stunting di Blora terus mengalami penurunan. Saat ini tinggal 9,23 Persen dari tahun sebelumnya 13 persen. Target pada tahun 2024 prevalensi stunting kurang dari 14% dan mewujudkan Blora Zero New Stunting.

Harapannya terus menurun dan generasi penerus bisa menjadi generasi yang cerdas, sehat dan beriman.
Berbagai inovasi juga dilakukan Pemkab Blora untuk menurunkan angka stunting.

Mulai dari Telur Maksi, Rembo Setia, Gerdu KIA-KB, Dawis Penting. Berikutnya, Kelor yang diolah menjadi kapsul bagi ibu menyusui untuk meningkatkan produksi asi pada ibu menyusui. Selanjutnya pemberian makanan untuk bayi dan anak yang mengandung protein.

Ada juga Gerakan Terpadu Keluarga Berencana (Gerdu KIA-KB). Termasuk ada gerakan Remaja Blora Sehat Tanpa Anemia (Rembo Setia). Selain itu, Dasawisma Pendamping Stunting (Dawis Penting). Khususnya pada 45 desa yang prioritas pengendalian stunting.

Ada juga Pa’de, Kalibabar, Lumbung Pitutur Paes Manten. Berikutnya, Gemarikan, PMT-AS dari Dindik, KRPL dan KWT dari Pertanian dan Ketahanan Pangan, Posyandu Remaja-Pik R, Kelas Stunting dari Dinas PMD, PKH Dinsos, Bkb Emas dari Dalduk KB.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Blora Edi Widayat mengatakan, angka stunting di Blora terus menurun. Ini berkat kerja keras dan kerja sama lintas sektoral. Targetnya, 2024 Kabupaten Blora prevalensi stunting kurang dari 14% dan mewujudkan Blora Zero New Stunting (tidak ada kasus baru, red).

“Saat ini persentase stunting di Kabupaten Blora berada pada 9,23 persen. Terus menurun tiap tahunnya,” jelasnya.

Dia menambahkan, penanganan stunting terdapat di 45 desa dan kelurahan prioritas. Dari jumlah itu terdiri dari 41 desa 4 kelurahan. Stunting sering disebut badan pendek atau gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis dan psiko.

Akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Terutama pada seribu hari pertama kehidupan pada anak-anak sampai anak usia 2 tahun.

“Gizi buruk, tingginya pernikahan dini dan pola asuh ini yang menyebabkan stunting,” ujarnya.

Sementara itu, Kabid Kesmas, Diah Pusparini mengaku, angka stunting di Blora terus mengalami penurunan. Dari tahun kemarin 13 persen turun menjadi 9,23 persen atau 4,172 balita. Total Balita 55 ribu balita. Untuk ibu hamil setahun 12 ribuan. “Turun 4 persen lebih,” terangnya.

Menurutnya, selama ini pihaknya telah melakukan beberapa hal. Mulai dari asi ekslusif, imunisasi lengkap, pemberian makanan tambahan dan lainnya.

“Kita dilapangan melakukan itu. Alhamdulillah masyarakat saat ini sudah mulai sadar pentingnya pencegahan stunting. Terbukti angka stunting menurun,” jelasnya.

Dia menambahkan, secara kasat mata, anak stunting itu bisa dilihat secara jelas. Terutama tinggi badan anak. Pasti beda dengan teman-temannya.

“Selain itu bisa dilihat dari kekurusan anak,” tambahnya.

Untuk mencegah stunting ini sebenarnya mudah. Salah satunya makan protein hewani. Bisa telur ayam, ayam, ikan dan lainnya. Stunting ini tersebar di beberapa kecamatan. Kunduran, Blora, Cepu, Kedungtuban, Ngawen, Sambong, Banjarejo, Doplang, Randublatung, Kunduran dan lainnya. (Sub).

Verified by MonsterInsights