fbpx

CERITA SUKSES PMI ASAL BLORA MERANTAU 5 TAHUN DI JEPANG

CERITA SUKSES PMI ASAL BLORA MERANTAU 5 TAHUN DI JEPANG
Salon mobil milik Nur kholis.

Todanan- Nur Kholis (30) warga Desa Ngumbul Kecamatan Todanan Kabupaten Blora menceritakan kisahnya selama 5 tahun menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di negara Jepang.

Dirinya menceritakan bahwa keinginannya merantau ke luar negeri sudah ada dari dulu untuk merubah keadaan ekonominya.

“Dari umur 25 tahun, berangkat tahun 2014 sampai sekarang ini. Saya berangkat bersama 3 orang Bandung, dari Jateng saya sendiri. Kalau di sana (Jepang) kerjanya jam-jaman, satu jam (gajinya) kisaran 100 ribu kalau dikurskan. Ada juga yang 150 ribu dan kerjanya hanya 6 sampai 7 jam, mulai dari jam 6 pagi sampai jam 12 siang, kadang lebih sejam,” terangnya. (30/05)

Nur menerangkan, sebelum berangkat ke Jepang, dia sebenarnya ingin merantau ke Korea. Dikarenakan adanya kendala saat tes, akhirnya dia lolos dan bisa berangkat ke Jepang.

“Dulunya, proses ke Korea tapi tesnya gagal terus pindah ke Jepang. Alhamdulillah nunggu setahun langsung berangkat. Belajar bahasanya lumayan susah, namanya negara orang, tetapi ya bisa,” ujarnya.

Setelah dinyatakan lolos, dirinya berangkat ke Jepang dan bekerja sebagai Oficce Boy di perusahaan pakan ternak tak jauh dari kota Tokyo. 

“Di Prefektur (Kabupaten) Gunma, dekat Tokyo sekitar 2 jam perjalanan,” kata Nur.

Selain untuk menambah pendapatan perekonomian, dia beralasan ingin mengetahui budaya dan cara kerja di negara orang lain.

“Bukan menyepelekan, kalau cari kerja di Indonesia minim gajinya. Kalau di sana kan cukup, bisa buat masa depan. Selain itu juga ingin mengenal budaya negara orang, pengen ngerti cara kerja negara orang, kan beda cara kerjanya. Kalau di sana disiplinnya nomor satu. Kalau kerjanya juga sangat bagus sekali bisa dibuat belajar. Orangnya enak-enak, kerjanya juga enak. Di sana orangnya disiplin,” tambahnya.

Dari penghasilannya, dirinya mampu mentransfer uang ke keluarganya di kampung dengan kisaran 13 juta rupiah perbulan.

“Kalau (gaji) kotornya dapat 17-18 juta perbulan, belum dipotong makan dan kebutuhan lainnya. Kalau bersih ya sekitar 13 juta perbulan,” ucap Nur.

Setelah habis masa kontraknya, dirinya tak ingin balik lagi ke Jepang dan berniat buka usaha di kampung. Selain itu, dia juga mampu merenovasi rumahnya dan membeli sawah.

“Di Jepang sudah ada rencana, pulang mau buka usaha. Maunya kerja di rumah saja, gak balik ke Jepang. Namanya ikut orang luar negeri ya kayak gitu, kerja kayak kejar-kejaran. Masak mau jadi kuli terus? Waktu pulang dari Jepang Alhamdulillah bisa buat rumah sendiri, beli sawah dan buat usaha salon mobil ini dengan modal sekitar 60 juta baru lokasinya saja, kalau semuanya (peralatan) sekitar 80 juta,” jelasnya.

Usahanya yang sudah berjalan sekitar 6 bulan ini, dirinya mempunyai satu karyawan. Dia berharap dengan usahanya ini dapat berkembang dan maju.

“Kalau (penghasilan) harian ya lumayan cukup, cuci mobil 30 ribu, kalau (motor) kecil 25 ribu. Kalau full salon 500 ribu permobil, untuk luar 250 dan dalam 250 ribu. Rencana mau dibikin lebih bagus ada pengangkat mobil (hidrolik),” harapnya.

Nur juga berharap kepada teman-temannya yang masih kerja di Jepang agar tetap semangat dan hemat. Kepada orang yang ingin merantau ke luar negeri, dia berpesan untuk bersungguh-sungguh dalam belajar terutama bahasa asing.

“Bagi teman-teman yang di sana, kerja yang semangat, jangan terlalu boros biar gak kecewa. Yang masih proses, belajarlah yang bagus, prosesnya juga butuh mental yang kuat dan butuh kepintaran,” pungkasnya. (Jay)