fbpx

DOKAR BLORA : ANGKUTAN RAKYAT YANG MURAH DAN SARAT KENANGAN

Dokar Blora
foto : Dokar menjadi moda transportasi pilihan rakyat karena tarifnya yang murah
Dokar Blora
foto : Dokar menjadi moda transportasi pilihan rakyat karena tarifnya yang murah

Japah – Sebelum maraknya kendaraan pribadi seperti saat ini, dokar menjadi pilihan angkutan rakyat untuk berdagang dan bepergian. Biayanya yang murah dan kapasitasnya yang dapat mengangkut barang-barang berat membuat moda transportasi menjadi pilihan publik tempo dulu.

Dewasa ini, dokar harus bersaing dengan berbagai kendaraan umum dan pribadi. Namun, persaingan ini tidak membuat surut aktivitas para penarik dokar. Sekalipun tidak seramai pada masa lalu, para penarik dokar masih dibutuhkan para pedagang pasar tradisional untuk membawakan barang-barang dagangan. Dalam banyak kesempatan, dokar digunakan dalam perayaan-perayaan dan upacara adat semisal perayaan tujuh belasan atau agenda khitanan.

Salah satu penarik dokar yang setia pada profesinya adalah Pak Nur, penarik dokar asli desa Japah yang sehari-hari mangkal di Pasar Tradisional Ngawen. Pak Nur meneruskan profesi warisan keluarga ini sejak tahun 1970.  Dengan menarik dokar, Pak Nur dapat mengantarkan anak-anaknya menjadi orang-orang terpandang. Menarik dokar menjadi bagian dari aktivitas Pak Nur disamping bertani dan memelihara sapi.

Sejak memulai usahanya, Pak Nur tidak pernah berganti dokar. Namun kuda yang digunakan untuk menarik dokar telah berganti sebanyak lima kali. Pergantian kuda ini disebabkan karena kuda penarik dokar telah terlalu tua untuk dikerahkan tenaganya.

 “Kuda yang baik untuk menarik dokar adalah kuda yang berusia 2 sampai 25 tahun, ketika usia kuda telah menginjak 15 tahun harus diberi jamu untuk menambah tenaganya. Kuda yang digunakan untuk menarik dokar bisa jantan ataupun kuda betina.” Jelas Pak Nur.

Dengan menarik dokar, Pak Nur dapat menyisihkan enam puluh ribu rupiah setiap harinya. Tidak hanya itu, dengan menarik dokar Pak Nur berhasil membuat anak-anaknya menjadi perangkat desa (kamituwo), pegawai BUMD dan bersekolah di jenjang SMA.

Reporter          : Alifiyanto Adhi

Foto                 : Alifiyanto Adhi