METODE PERTANIAN TRADISIONAL BIKIN LAHAN MAKIN PRODUKTIF

Pertanian tradisional
Yatmo (48), pegiat pertanian dengan metode tradisional asal Dusun Balongan Desa Jiken Kecamatan Jiken Kabupaten Blora

Jiken- Penerapan metode pertanian secara tradisional terbukti mampu mengingkatkan produktivitas lahan. Pasalnya, metode ini memungkinkan tanah untuk ‘beristirahat’ sebelum ditanami berbagai komoditas.

 

Pertanian tradisional
Yatmo (48), pegiat pertanian dengan metode tradisional asal Dusun Balongan Desa Jiken Kecamatan Jiken Kabupaten Blora

Pegiat pertanian dengan metode tradisional, Yatmo (48) warga Dusun Balongan Desa Jiken Kecamatan Jiken Kabupaten Blora, mengungkapkan, metode pertanian tradisional memiliki pedoman tersendiri dan diwariskan dari generasi ke generasi.

“Pengolahan tanah dahulu mempunyai aturan sendiri yang tidak tertulis oleh nenek moyang kita, dan kita mengenalnya saat ini sebagai kearifan lokal serta memiliki nilai-nilai penting secara ekologis!” jelasnya, Kamis (26/06).

Dewasa ini, menurut Yatno, banyak petani yang meninggalkan cara tradisional tersebut. Mereka memilih metode pertanian modern dengan alasan keterbatasan air dan untuk menghemat upah tenaga kerja tambahan.

Perbedaan Metode Pertanian Modern dan Tradisional

Menurut Yatno, perbedaan antara pertanian modern dan tradisional, salah satunya terletak pada jumlah tahapannya. Dalam bertani jagung misalnya, petani tradisional akan memulainya dengan menggaru lahan, kemudian tras, tugel dan dilarik.

Sedangkan dalam pertanian modern, setelah ladang jagung ditraktor langsung dilarik. Padahal, selain untuk mengistirahatkan tanah, tahapan-tahapan panjang metode pertanian tradisional juga berguna menjaga fungsi ekologis tanah.

Tahapan tras ini membuka tanah setelah tertidur beberapa saat. Tujuannya, memberi kesempatan tanah untuk melakukan sirkulasi udara dalam tanah. 

Sedangkan tugel, untuk menjaga kestabilan suhu tanah dan menekan tingkat kelembaban tanah dengan mengurangi tingkat penguapan air ketika lahan akan ditanami jagung. (ear)