fbpx

PERS DI MATA MASYARAKAT

Ilustrasi.
Ilustrasi.

Hari Pers Nasional diperingati setiap tanggal 9 Februari, sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1985 Tentang Hari Pers Nasional. Ditetapkan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 23 Januari 1985 di Jakarta.

Dunia pers siapa yang tidak mengenal tokoh bernama Tirto Adhi Soerjo, dikenal sebagai perintis Pers Nasional Indonesia yang lahir pada tahun 1880 di Kabupaten Blora. Ia sangat memberi dampak dan memberi ruh untuk kita ambil spiritnya dalam advokasi rakyat melalui media massa.

Momen Hari Pers Nasional 2022, Bloranews.com mencoba memberi ruang kepada khalayak untuk berpendapat tentang pers yang saat ini dianggap sebagai pilar demokrasi keempat. Bloranews.com telah mewawancara kepada sejumlah orang dari berbagai lapisan masyarakat Blora untuk menilai pendapatnya tentang pers.

Penikmat media, Adhi Ardhiansyah mengatakan kesukaannya terhadap media cetak tepatnya adalah koran. Ia menilai, selain foto-foto ilustrasi yang menarik juga dalam hal membaca lebih enak dan nyaman.

“Narasinya nyaman untuk dibaca, sudut pandang dalam kepenulisan juga enak dipahami. Media apapun lah, kalau cetak saya suka, karena saya sudah kecenderungan membaca koran sejak dulu,” ucapnya saat ditemui di salah satu warung kopi di Blora, Selasa (08/02).

Media sekarang khususnya online, lanjut Adhi, lebih bisa adaptasi dengan media lain dan lebih mudah untuk Copas (Copy Paste). Sebagai penikmat media, menurutnya, media sekarang harus jelas konsentrasinya dimana.

“Saya sering mas, headhline semua media hampir sama, termasuk media lokal juga. Jadi headhline itu sangat mempengaruhi pembaca dan pembaca itu butuh 20 detik untuk memutuskan membaca atau tidak. Itu salah satu alasan kenapa suka membaca koran. Jika ada kesempatan baca koran ya saya baca, meskipun basi. Apalagi koran nasional, sayang untuk dilewatkan,” pungkasnya.

“Dunia pers itu jendela, jika darinya tergambar kebaikan, maka kehidupan di sekitar kita sedang baik-baik saja. Pun demikian sebaliknya. Maka kawan-kawan pers harus rajin berkaca diri agar jika ternyata sudah terlalu jauh meninggalkan profesionalitas pers, segeralah kembali ke kandang yang semestinya,” ucap penikmat media lain, Dalhar Muhammadun.

Kalangan pemuda Blora juga mengomentari tentang pers. Salah seorang pemuda, Andry S. Nugroho memandang, pers di era ini tentunya punya peran dan tanggung jawab yang besar di era teknologi yang berkembang pesat. Tentunya banyak informasi dengan mudah menyebar di kalangan masyarakat, entah itu informasi yang dapat dikategorikan benar atau hanya berita simpang siur, asal viral maka informasinya tersebut punya efek yang besar di masyarakat.

“Harapan kami, media pers bisa menjadi sebuah acuan agar bagi masyarakat agar mendapatakan informasi yang benar di tengah arus informasi yang semrawut saat ini. Media pers juga punya tanggung jawab menjadi pengawal kebijakan pemerintah agar tentunya kebijakan ini dapat terlaksana sepenuhnya untuk kepentingan masyarakat,” ujar Andry.

Versinya, media pers harus bisa menjadi kanal inspirasi bagi para pemuda sebagai generasi pengurus bangsa dengan memberikan informasi yang dapat memotivasi dan tentunya menggerakan pemuda ke arah yang positif.

Salah satu pemuda yang enggan disebut namanya, seringkali ia resah ketika ada media merilis berita yang ia rasa sumbang, kurang pas atau terkesan melebih-lebihkan.

Sebagai pembaca dia sering tak punya waktu untuk lebih mendalami sebuah informasi dari rilisan media dan hal tersebut banyak terjadi di masyarakat yang akhirnya informasi yang ada malah menjadi polemik di masyarakat ketika dijadikan banyak pembahasan di warung-warung kopi, maupun tempat umum lainnya.

“Kurangnya literasi di kalangan masyarakat, menjadikan banyak informasi yang tersebar langsung diterima secara mentah tanpa dikaji terlebih dahulu mengenai keabsahannya. Sehingga harapan saya media-media yang ada dapat menyajikan informasi yang objektif, tidak memihak. Menjadi media berkualitas yang dijadikan masyarakat sebagai referensi ketika mencari suatu informasi atau berita,” ucapnya.

Pemuda Desa tersebut merasa, masyarakat sangat perlu adanya media. Agar masyarakat bisa mengkonsumsi informasi yang mereka punya keterbatasan untuk mengaksesnya, disinilah peran media sebagai jembatan antara masyarakat dengan banyak hal salah satunya pemerintah.

“Tak hanya tentang berita-berita yang kurang menyenangkan, berita yang membahagiakan saya rasa juga penting. Agar seimbang dan informasi yang dikonsumsi masyarakat tidak melulu mengenai keresahan saja,” ungkapnya saat meluapkan keresahannya kepada Bloranews.com.

Berikutnya, media menurut salah seorang akademisi di Kabupaten Blora, Eko Bayu Gumilar juga berprofesi sebagai Dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Muhammadiyah Blora. Pertama ia membandingkan pers zaman dulu dan zaman sekarang.

Menurutnya, pers dulu langkahnya terbatas, beda dengan saat ini yang serba cepat. Dulu kalau akses berita melalui manual atau konvensional missal koran, radio dan televisi. Dan Tv bisa dilihat disegala penjuru.

“Kalau zaman sekarang ini menurut saya lebih maju dan lebih gampang aksesnya. Siapapun bisa mengakses dari anak kecil sampai orang dewasa. Kalau dulu kan hanya orang orang dewasa yang bisa mengakses, karena yang tertarik oleh berita itu hanya orang dewasa. Pers kini lebih generalisir, siapapun bisa mengakses tidak terbatas tempat dan waktu,” kata Bayu disela diskusi dengan mahasiswa di luar kampus.

Ditanya dampak media bagi masyarakat, ia menyampaikan, dampak itu tergantung siapa yang mengakses dan apa tujuannya. Perkembangan media sekarang yang disajikan juga lebih menarik.

“Pasti ada dampak positif dan negatifnya mas, saya rasa pers itu penyambung lidah rakyat. Semua kuncinya di pers. Ketika pers menyampaikan sesuatu sesuai kenyataan maka efeknya akan baik, ketika menyampaikan tidak sesuai ya mungkin konotasinya ke arah yang mengintervensi suatu hal dan akan jadi berita buruk,” imbuhnya.

Ia sadar, orang sekarang gampang terkena hoax telebih anak muda. Menurutnya, anak muda suka yang instan, lihat berita langsung tersulut. Bayu menyontohkan, informasi tentang sara atau yang lain-lain anak muda langsung tersulut tanpa menyandingkan berita serupa apakah info itu benar atau tidak.

“Kalau sekarang melihat fakta kan agak susah juga, apalagi berita tersebut dirangkum dari tempat atau sudut pandang yang berbeda, paling tidak kita mencari berita harus menyaring dengan media-media yang lain, tidak hanya melihat satu media. Itu cara menyaring yang paling simple. Saring sebelum sharing,” bebernya.

Ia berpesan kepada teman-teman pers, yang perlu ditekankan itu membuat berita setidaknya sesuai dengan kode etik pers. Selanjutnya paling tidak mereka harus membuat atau menarasikan sesuai dengan faktanya. Karena akan berbahaya ketika berita tidak sesuaai dengan realita. Zaman sekarang mencari berita tidak hanya media media online saja tapi juga sosial media yang lebih up to date. Bagaimana caranya supaya bisa mengimbangi hal tersebut.

“Di hari pers ini, saya ingin teman-teman pers lebih menyajikan hal-hal yang sesuai dengan kode etik jurnalistik. Sesuai fakta di lapangan. Saya rasa, semakin majunya teknologi seperti ini orang pun semakin pintar dan bisa membedakan mana media yang benar-benar baik untuk dikonsumsi dan media yang kurang begitu pas untuk dikonsumsi,” tandasnya.

Demikianlah pers di mata masyarakat Kabupaten Blora yang dapat Bloranews.com sajikan. Selamat Hari Pers Nasional 2022, Rabu (09/02).

Redaksi.

Verified by MonsterInsights