fbpx

PROSPEK PERTANIAN HIDROPONIK: SEMULA DIREMEHKAN, KINI BANJIR PESANAN

Petani hidroponik, Adi Wibowo (33) menunjukkan komoditas sayuran yang ditanamnya
Petani hidroponik, Adi Wibowo (33) menunjukkan komoditas sayuran yang ditanamnya

Banjarejo- Memulai bisnis pertanian hidroponik di Blora bukan hal yang mudah. Pasalnya, tersedia banyak lahan pertanian konvensional berupa tegalan dan sawah. Sehingga, banyak cibiran dan ejekan saat bisnis ini dimulai, Sabtu (26/10).

Hal ini dirasakan Agung Adi Wibowo (33), petani hidroponik di Desa Buluroto Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Dirinya mengawali bisnis ini 3 tahun silam lantaran terinspirasi dari rekannya yang sukses mengembangkan pertanian hidroponik di luar kota.

 

Petani hidroponik, Adi Wibowo (33) menunjukkan komoditas sayuran yang ditanamnya
Petani hidroponik, Agung Adi Wibowo (33) menunjukkan komoditas sayuran yang ditanamnya

 

“Dulunya, saya dikenalkan dengan seorang warga Blora yang sukses mengembangkan pertanian hidroponik di Mojokerto, Jawa Timur. Saya coba, awalnya banyak yang memandang sebelah mata,” kata Agung.

Bermodal semangat dan percaya diri, Agung Adi Wibowo membangun media tanam organik dengan pipa dan alat-alat sederhana. Media tanam tersebut diletakkan di depan dan belakang rumahnya. Tak banyak jenis sayuran yang ditanam pada awal pengembangan bisnis tersebut.

“Awalnya dulu hanya selada. Belakangan, saya juga menanam sayuran jenis sawi sendok, kol ungu, kale, samhong, dan selada merak. Kita tidak pakai pestisida kimia, jadi aman langsung dikonsumsi,” imbuhnya.

Hasil tak menghianati usaha, bisnis pertanian hidroponik ini mulai berkembang. Tak sedikit pesanan dari konsumen yang kini berdatangan. Belakangan, petani hidroponik yang juga alumni SMA 2 Blora ini merasa kewalahan dengan banyaknya pesanan.

Menurut Agung, bertani hidroponik lebih sederhana dari pada pertanian konvensional. Dengan modal awal hanya Rp 1,7 juta, bisa mendapatkan media tanam 40 lubang, nutrisi, dan paket bimbingan pertanian.

Komoditas sayuran hidroponik seperti selada dapat dipanen dalam jangka waktu 30 hari. Sedangkan sawi sendok, dapat dipanen dalam waktu 28 hari. Tak hanya itu, pertanian hidroponik juga cocok untuk komoditas hortikultura lainnya seperti tomat dan cabai.

“Saya berharap, ini dapat menjadi inspirasi bagi para pemuda di desa ini. Untuk memulai usaha, tak perlu merantau ke luar kota. Manfaatkan saja potensi yang ada di desa. Ke depan, saya berkeinginan untuk membangun agrowisata sayuran seperti yang ada di kabupaten tetangga,” harapnya. (jyk)