fbpx

REFLEKSI AKHIR TAHUN, KUNTUL NGANTUK AJAK PEMUDA BANGGA DENGAN DAERAHNYA

Jagong budaya komunitas Cangkir dalam rangka refleksi akhir tahun 2019
Jagong budaya komunitas Cangkir dalam rangka refleksi akhir tahun 2019

Blora- Ada banyak cara untuk merayakan pergantian tahun, salah satunya dengan menggelar refleksi akhir tahun. Seperti yang dilaksanakan komunitas Bincang, Kopi, Ilmu, Rasa (Cangkir) menggelar refleksi akhir tahun bertajuk Jagong Budaya di Caffe 29 Jetis, Blora Kota, Selasa (31/12).

 

Jagong budaya komunitas Cangkir dalam rangka refleksi akhir tahun 2019
Jagong budaya komunitas Cangkir dalam rangka refleksi akhir tahun 2019

 

Jagong budaya yang menghadirkan sejumlah pegiat seni dan budaya ini berlangsung santai dan penuh keakraban. Berbagai tema diperbincangkan, mulai dari stereotipe orang Blora, mengenang tokoh-tokoh Blora, hingga harapan para budayawan Blora di tahun 2020 mendatang.

Dalam acara tersebut, Ketua Paguyuban Tosan Aji Kuntul Ngantuk, Habibi memulai diskusi dengen membicarakan stereotipe orang Blora. Menurutnya, orang Blora kerap kali dipandang sebagai wong samin yang ngeyelan.

Dirinya juga mengatakan, orang Blora juga dicitrakan cenderung gegabah, ceroboh dan mudah marah. Menurutnya, citra tersebut mulai muncul setelah kekalahan Adipati Jipang, Arya Penangsang dalam pertarungan melawan Sutawjaya.

Meski demikian, stereotipe di atas terbantah dengan fakta banyaknya tokoh kaliber nasional yang dihasilkan Kabupaten  Blora. Habibi mencontohkan, Blora merupakan kampung halaman bagi Tirto Adi Soerjo dan Pramoedya Ananta Toer.

“Tanpa ada budaya dan sejarah yang kuat, mustahil bisa melahirkan tokoh penulis-penulis yang hebat seperti mereka,” katanya dalam diskusi tersebut.

Dirinya juga menyebut sejumlah tokoh asal Blora lainnya. Diantaranya, LB Moerdani dan Ali Moertopo (tokoh politik dan militer) hingga penulis sekaligus yang juga aktivis, Soffa Ihsan, yang aktif mendampingi eks napi teroris.

Selain Habibi, jagong budaya tersebut juga menghadirkan Ketua Lesbumi NU Kabupaten Blora Dalhar Muhammadun yang menyoroti pentingnya penulisan sejarah lokal Blora, serta pengelola Rumah Artefak Blora, Lukman Wijayanto yang berbicara tentang pentingnya pelestarian cagar budaya dan peninggalan arkeologis. (jyk)