Ibu, Perempuan Mulia Pembangun Peradaban
Semestinya, Negara menempatkan perempuan sesuai fitrah penciptaanNya. Secara kodratnya, ALLAH SWT memang menciptakan perempuan berbeda dengan laki laki.
Perempuan secara kodrati dengan sifat feminimnya, mereka akan mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh dan mendidik anak-anak. Sementara laki laki diciptakan secara kodrati dengan maskuliinitasnya sebagai qawwam yang akan berperan sebagai pemimpin.
Laki-laki bertanggung jawab atas kepemimpinannya sebagai kepala rumah tangga, berperan menafkahi dan wajib bagi para suami bekerja mencari nafkah dalam rangka memenuhi kebutuhannya dan keluarganya.
Jika laki laki tidak mampu menafkahi dirinya dan yang menjadi tanggungannya karena kadang ada yang cacat mental, fisik, sakit sakitnya, usianya sudah lanjut dan lain lain maka, kewajiban memenuhi nafkah bukan berpindah kepada istrinya namun beralih ke kerabat dekatnya.
Namun jika yang terjadi kerabatnya pun tidak mampu menafkahi (hidup pas-pasan), maka kewajiban memberi nafkah beralih ke kas negara. Dengan kata lain, negara berkewajiban untuk memenuhi kebutuhannya.
Walhasil, Islam begitu memuliakan perempuan. Tidak ada larangan dalam Islam untuk Perempuan bekerja. Perempuan boleh terlibat dalam perekonomian, dan ini sifatnya pilihan bukan kewajiban. Selain itu keterlibatan perempuan dalam peran publik seperti pendidikan, pertanian, industri, perdagangan, kedokteran dan lain lain jangan sampai dijadikan alat atau fokus strategis negara dalam peningkatan pendapatan.
Keterlibatan perempuan dalam bidang yang disebutkan tersebut semata dalam rangka kebermanfaatan bagi manusia lainnya dan bertujuan meraih pahala dihadapan Allah SWT. Dengan demikian tidak menyebabkan perempuan mengabaikan peran pokoknya sebagai ibu dan pengelola rumah tangga.
Selain itu negara harus memberikan perhatian penuh mensupport perempuan dalam melaksanakan amanahnya sebagai ibu dan pengelola rumah tangga. Karena jika para perempuan menjalankan peran strategisnya secara optimal maka tidak mustahil akan lahir generasi berkualitas untuk masa depan.
Selain itu, jika kekuatan peran perempuan juga sebagai istri disupport penuh. Istri adalah mitra sejati suami, pendamping yang dikasihi maka tidak mustahil pula muncul sosok sosok pemimpin laki-laki sebuah keluarga hingga pemimpin negara yang mumpuni, mandiri tangguh dan akan mampu melindungi keluarga dan negara dari segala mara bahaya.
Tentang Penulis : Ulfatun Ni’mah adalah pengajar di Cepu Kabupaten Blora.
*Opini di atas merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab Bloranews.com.