fbpx

BARU RILIS, BUKU PEREMPUAN YANG BERJALAN SENDIRIAN DIBEDAH

Buku Perempuan Yang Berjalan Sendirian.
Buku Perempuan Yang Berjalan Sendirian.

Blora, BLORANEWS – Buku “Perempuan Yang Berjalan Sendirian” karangan Welda Sanavero telah rilis tahun ini. Buku tersebut dibedah, Minggu (16/10) di Booking Library and Cafe, Blora.

Buku karya Welda Sanavero asal Blora ini merupakan buku ketiganya. Bedah buku tersebut dibuka oleh owner booking library and cafe Muhim Nailul Ulya dan penulisnya yaitu Welda Sanavero. Dibedah oleh Laila Zaidiyah dan Ainin Nadzifa, keduanya merupakan seorang aktivis.

“Saya sangat excited dengan karya-karya Ning Welda. Buku tersebut menceritakan tentang pengalaman-pengalaman yang realistis dan dilematis. Berlatarbelakang di Kota Blora dengan hutan jati yang terpampang sepanjang jalan,” ucap Ainin saat ditemui usai bedah buku.

Pembedah lainnya, Laila menilai acara come back Booking yang diisi dengan bedah buku Perempuan Yang Berjalan Sendirian sangat pas baik dari segi momen maupun waktunya. Menurutnya prosa dalam buku tersebut mudah dipahami, ia mengaku terbawa suasana.

“Prosa-prosa dalam buku Perempuan Yang Berjalan Sendirian dalam segi Bahasa lemih mudah dipahami. Segi cerita sangat relate dengan berbagai isu-isu yang dialami perempuan. Sebagai pembaca merasa sangat larut dalam cerita yang tersaji,” terangnya.

Untuk diketahui, bagian cover belakang buku ini mendeskripsikan ringkasan isi buku. Selain menyebutkan penerbit dan barcode ISBN juga terdapat komentar dari sastrawan Indonesia yaitu Candra Malik dan A Elwiq Pr.

“W Sanavero menuliskan kisah-kisahnya dengan apik dalam bukunya yang terbaru berjudul Perempuan Yang Berjalan Sendirian. Membaca buku ini seperti menghapus batas-batas antara yang nyata dan yang maya. Selamat menikmati,” terang Candra Malik.

Senada dengan A Elwiq Pr, menurutnya dalam keterangan dalam buku tersebut, ini sebuah soliloquy yang niscaya membosankan bila tak hati-hati menarik-ulur maksud. Antologi ini mengambil resiko tersebut. Dengan jam terbang sejak 2018 terus-menerus menulis. Sanavero setia dengan bentang soliloquy.

“Kesadaran ia bentuk melalui perbincangan dengan diri sendiri. Ia keluar dari lubang jarum yang kecil dan rumpil. Ia berhasil. Sanavero tak memberikan jarak atas dirinya dan ceritanya. Ia lebur sebagai sang perempuan yang berjalan sendirian itu,” jelas sastrawan A Elwiq Pr. (jam)