BLORANEWS – Rasa sayang yang berlebihan akan terjadi manakala kita dikaruniai anak perempuan. Wajar apabila seorang ayah merasa cemburu terhadap anak. Sejak dalam kandungan sang ayah sudah susah payah membuat nama untuk calon gadis kecil yang akan lahir. Meski dia tidak merasakan beratnya hamil, namun dia cukup bisa merasakan pengorbanan seorang istri. Selama dalam kandungan sampe lahir ke dunia, ayah selalu menyayangi dan memanjakan. Biarkan saja seorang ayah memberikan kasih sayang tulus terhadap putri kesayangannya. Ungkapan itu bisa dilakukan dengan pelukan, ciuman, gendong, bermain bersama dan yang lain.
Sejak usia 0 tahun sampai usia sekolah TK atau kadang sampai SD mungkin anak masih mau di manja oleh orang tua dengan ciuman, pelukan yang sifatnya menjalin kedekatan emosional. Setelah menginjak usia SMP, gadis kecilnya akan berangsur-angsur menghindar karena malu. Oleh karena itu di usia 0 tahun sampe SD di butuhkan kasih sayang penuh terhadap anak. Lagi-lagi itu dilakukan untuk membangun kedekatan emosional antara anak dengan orangtuanya.
Banyak orang mengatakan bahwa cinta pertama anak perempuan adalah terhadap sang ayah. Tak heran jika banyak kita jumpai seorang gadis akan merasa sedih dan ingin selalu dimanja apabila jauh dari ayah. Dan sebaliknya seorang ayah akan memberikan apa saja demi gadis kecilnya dari pada sang istri. Dalam kondisi seperti ini, istri menjadi second man dibanding sang anak, dan posisi anak adalah segalanya. Karena dalam agama tidak ada kata mantan anak, dia merupakan darah dagingny yang harus diperjuangkan.
Kita juga tidak bisa membayangkan apabila waktunya sudah tiba, anak kita di taksir oleh teman laki-lakinya. Rasa cemburu sang ayah pasti akan menghampiri. Gadis kecil yang dulunya dari lahir hingga gedhe kita manja, tiba-tiba ada sinyal ketemu jodoh. Seketika rasa posesif dan over protektif datang ke hati seorang ayah. Semaksimal mungkin ayah akan selalu melindungi gadisnya tersebut.
Cemburu, patah hati seorang ayah terhadap gadis kecilnya ini merupakan tanda sayang. Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya terlantar. Meskipun mereka rela berkorban apa saja demi kebahagiaan anak, namun terkadang anak jaman sekarang susah sekali untuk di beri nasehat. Mereka lebih cenderung menggunakan ego dan emosi dari pada menggunakan nalar dan hati. Sehingga dalam pergaulan banyak anak muda terperosok ke jurang pergaulan bebas.
Ayah mana yang tega melihat gadis kecilnya menjadi korban pergaulan bebas. Saat ini anak SMP sudah mengalami menstruasi, dan ini bisa disimpulkan bahwa mereka bisa hamil. Kekhawatiran ini yang membuat para ayah posesif dan over protektif terhadap gadis kecilnya. Dengan penjagaan ketat pun terkadang masih bisa kecolongan, apalagi si anak tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ayah. Tentu ini berbeda, antara anak yang hidup dalam lingkungan keluarga utuh dengan keluarga broken home.
Puncak dari kesedihan itu tatkala sang anak menemukan cinta sejatinya yaitu jodoh. Perasaan seorang ayah akan hancur manakala gadis kecilnya itu dilamar oleh calon suaminya. Dan endingnya seorang ayah akan merasakan patah hati yang sesungguhnya ketika putri kesayangannya di boyong ke rumah suami. Perasaan senang, sedih, haru dan lega bercampur menjadi satu. Karena ahirnya putri kesayangannya bisa bertemu dengan lelaki yang dicintainya.
Tentang penulis: Siti Lestari adalah mantan ketua PC PMII Kabupaten Blora yang saat ini aktif mengelola Lembaga Pendampingan dan Pemberdayaan (Perempuan) Kinasih.
*Opini di atas merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab Bloranews.com.
