Blora- Jejak penelitian arkeologi di Kabupaten Blora dapat ditelusuri hingga pada masa kolonial Hindia-Belanda, hingga penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta yang berhasil menemukan kerangka utuh Homo Sapiens di Goa Kidang, Desa Tinapan Todanan pada 2012.

Di awal masa eksplorasi arkeologi, tahun 1931 hingga 1933, peneliti kelahiran Jerman-Belanda Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald bersama Ter Haar dan Oppenoorth menemukan fosil manusia purba yang diberi nama Pitecathropus Soloensis di Ngandong, Blora, Jawa Tengah.
Manusia purba ini memiliki hidung besar, tulang rahang bawahnya kuat serta memiliki tinggi badan mencapai 210 sentimeter. Pithecanthropus Soloensis diperkirakan hidup di Zaman Batu Tua atau Paleolitikum.
Penelitian arkeologi di Blora sempat mengalami kevakuman hingga dimulai kembali pada pada 1978 oleh para peneliti Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud). Penelitian dilaksankaan di lokasi yang sama, Desa Medalem, sebelah utara Bengawan Solo, pada ketinggian 43.55 meter di atas muka laut.
Pada 2005, Tim Peneliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta melakukan aktivitas penelitian di di kawasan Goa Kidang, Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Blora. Lima tahun kemudian, pada 2010, Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan rangka sepasang kaki Homo Sapiens dalam posisi telentang di kedalaman 170 sentimeter dari permukaan tanah.
Kemudian di 2012, ditemukan rangka utuh Homo Sapiens dalam posisi meringkuk di kedalaman 115 sentimeter dari permukaan tanah. Sementara 2013, ditemukan rangka utuh Homo Sapiens dalam posisi duduk tanpa kepala di kedalaman 115 sentimeter dari permukaan tanah.
Temuan fosil binatang purba di Blora pun tak kalah mengagumkan. Pada 2009 di Dusun Sunggun ditemukakan fosil gajah purba lengkap. Temuan Tim Vertebrata Museum Geologi Bandung merupakan penemuan fosil gajah purba terlengkap selama 100 tahun terakhir dan fosilnya pun relatif utuh.
Di lokasi yang sama, ditemukan pula fosil bofidae (pemamah biak) seperti sapi dan kerbau, kura-kura, panther tigris (macan) dan buffalow (banteng). Selain itu, fosil sepasang gading gajah (2016) dan fosil rahang atas gajah purba (2017). (dbs)