fbpx

MERAUP LABA DARI BUDIDAYA KANGKUNG SAWAH

Petani kangkung sawah di Desa Karang Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora
Petani kangkung sawah di Desa Karang Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora

Bogorejo- Memasuki musim penghujan, sejumlah petani di Desa Karang Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora mencoba peruntungan dengan menanam kangkung di lahan persawahan. Dengan masa tanam yang singkat, petani bisa meraup untung berlipat.

 

Petani kangkung sawah di Desa Karang Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora
Petani kangkung sawah di Desa Karang Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora

 

Salah seorang petani kangkung, Siswanto (45), warga Desa Karang RT 04 RW 01 Kecamatan Bogorejo mengaku, menanam kangkung terbilang menguntungkan dibanding jagung. Pasalnya, cara penanaman kangkung cukup mudah dan murah, serta permintaan pasar yang stabil.

“Mulai dari tanam hingga panen pertama, dibutuhkan waktu selapan (36) hari. Setelah dipanen, kangkung akan kembali tumbuh dan siap dipanen lagi dalam jangka waktu 20 hari,” kata Siswanto di sela panen kangkung di sawahnya, Jumat (22/11).

Sebagai informasi, kangkung merupakan sayuran bernama latin Ipomoea aquatika Forsk. Jenisnya, terdiri atas kangkung darat dan kangkung air. Siswanto memilih bertani kangkung darat dengan pertimbangan ketersediaan air di kawasan tersebut.

Lebih lanjut, Siswanto memaparkan, menanam kangkung sawah dimulai dengan mempersiapkan lahan yang sesuai dengan kebutuhan, yakni memiliki ketersediaan air dan cahaya matahari yang cukup.

Untuk memenuhi kebutuhan air di lahan kangkung miliknya, Siswanto menyedot air dari sumur yang ada di lokasi tersebut dengan menggunakan pompa air. Setelah persiapan lahan selesai, kangkung sawah siap ditanam.

Ada dua cara menanam kangkung, pertama dengan menggunakan benih (bibit) kangkung, dan dengan cara stek vegetatif. Siswanto memilih cara pertama dengan menggunakan benih untuk musim tanam tahun ini.

“Dibuat lubang-lubang, tiap lubang diisi 5-7 biji kangkung. Setelah tanaman berusia sekitar 10 hari, siap diberi pupuk. Kita pakai urea,” terangnya.

Setelah 36 hari, kangkung dipanen dengan menyisakan batang bagian bawah sekitar 2 cm supaya dapat tumbuh kembali. Tiap kali panen, Siswanto yang bertanam di lahan seluas sekitar setengah hektar ini dapat mengantongi keuntungan bersih antara Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta.

Untuk tiap ikatnya, Siswanto menjual kepada tengkulak kangkung dengan harga Rp 400 hingga Rp 600. Kemudian, tengkulak ini menjualnya kepada para pedagang di pasar. Konsumen kemudian membeli setiap ikat kangkung dengan harga Rp 1000.

“Keuntungannya, mudah ditanam dan mudah dijual,” pungkasnya. (jyk)