fbpx
OPINI  

NOYO SENTIKO DALAM SURAT KABAR BELANDA

Noyo Sentiko adalah nama fenomenal, bukan saja karena ketokohannya yang lintas daerah, tetapi juga tentang asal usulnya. Seperti yang telah umum diketahui, Noyo Sentiko menghiasi legenda perlawanan Kolonial Belanda di daerah Blora, Rembang, dan Bojonegoro.

Dalam Serat Punjer Kawitan, yang dapat dikatakan sebagai salah satu “kitab suci” Saminisme, Noyo Sentiko dikabarkan sebagai saudara seperguruan Suro Sentiko, tokoh paling fenomenal Blora pencetus perlawanan “Ahimsa”. Di Blora sendiri, Noyo Sentiko kemudian lebih dikenal dengan nama Noyo Gimbal, seorang pelarian perang di hutan Blora, yang sering menjarah harta Belanda, pembela miskin papa.

 

koran "Java-Bode" dan "De Oostpost", dengan tanggal 28 Mei 1856,
koran “Java-Bode” dan “De Oostpost”, dengan tanggal 28 Mei 1856,

 

Namun, sebelum legenda (yang simpang siur) Noyo Sentiko terlanjur benar-benar dijadikan satu-satunya sumber sejarah Blora, ada baiknya kita perhatikan sekali lagi tentang apa yang diberitakan oleh Surat Kabar Belanda mengenai tokoh ini. Berita yang dimuat oleh koran “Java-Bode” dan “De Oostpost”, dengan tanggal 28 Mei 1856, menjelaskan asal usul perjuangan Noyo Sentiko, yang, karena memang sezaman, barangkali paling mungkin mendekati kebenaran. Berita berbahasa Belanda ini, terjemahannya adalah sebagai berikut :

 

Java-Bode , 28 Mei 1856

Sebelum tanggal 20 Mei, seorang penduduk bernama Noyo Sentiko dari Sedan, Rembang, yang sehari-hari diketahui membuka praktik supranatural, beberapa hari sebelumnya telah dipanggil oleh Wedhono (Camat), akan tetapi ia menolak untuk memenuhi panggilan. Dan ketika panggilan itu diulang, para utusan Wedhono yang terdiri sekitar dua puluh penduduk bersenjata telah ditentangnya.

Wedhono kemudian turun sendiri untuk memastikan pemanggilannya kepada Noyo Sentiko. Namun, bagaimanapun, telah digagalkan oleh sekitar tiga puluh orang pengikut, di tengah perjalanan menuju hutan Jepon, Blora.

Merasa teraniaya oleh Wedhono, kemudian ia mencoba menghindar dengan melarikan diri, tetapi saat dua pihak bertemu, terjadilah pertikaian, Wedhono terbunuh oleh tembakan dan oleh tiga pengikut, termasuk salah satu putranya terluka. Mereka kemudian masuk ke beberapa rumah di desa Merak dan gudang tembakau milik pengusaha Voogt terbakar, pelarian dilanjutkan menuju ke perbatasan Blora.

Sebagai hasil dari perintah yang dikeluarkan Bupati Blora untuk menjaga perbatasannya, mereka dengan cepat dipaksa untuk kembali ke asal mereka, ke distrik (Kecamatan) Djatirogo, pencarian dilakukan setelah surat perintah penangkapan dikeluarkan, sehingga mereka diharapkan untuk segera jatuh ke tangan polisi.

Menurut informasi yang dihimpun lebih lanjut, setelah sebuah penyelidikan lokal dilakukan, menunjukkan bahwa perlawanan Noyo Sentiko terhadap Wedhono Sedan tidak memiliki tujuan lain selain motif balas dendam. Noyo Sentiko sebelumnya pernah dipekerjakan sebagai anak buah oleh Wedhono selama beberapa tahun. Dan baru satu tahun terakhir (1855), oleh sang Wedhono, dengan nada mengancam, dia diusir pergi, sehingga menciptakan kebencian sakit hati yang dianggap sebagai penyebab balas dendam tersebut. Sejak saat itu, Noyo Sentiko lalu mengasingkan diri, berada di wilayah hutan yang paling sulit diakses, dekat perbatasan selatan Jatirogo, dimana ia dan beberapa kerabatnya hidup menetap, dan seperti telah dikatakan di atas, menjadi “orang pintar”. Tak sedikit orang-orang datang untuk memperoleh jimat, sebagai tolak bala, anti guna-guna, dll.

Semenjak pemanggilan pertama diterimanya, Noyo Sentiko sebenarnya sudah siap untuk menolak jika pemanggilan itu diulangi lagi, itulah mengapa dia sengaja  bersama dengan sekitar tiga belas pengikutnya, saat menolak pemanggilan yang kedua. Setelah itu, Wedhono bersama dengan dua belas pendekar bersenjata tombak dan dua senapan menjemput Noyo Sentiko, namun perjalanan terakhir ke hutan itu telah gagal.

Pertempuran itu sebenarnya hanya terjadi di antara mereka; Nojo Sentiko dan Wedhono.

Tentang penulis: Totok Supriyanto merupakan pemerhati budaya dan sejarah

*Opini di atas merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab Bloranews.com