OPINI  

DEG DEG PYOH….

Dalhar Muhammadun
Dalhar Muhammadun
Yang tak kalah bikin dag dig dug adalah salang surup hubungan antar Sedulur Sikep, pemerintah dan  pabrik semen di Kendeng Utara.  Di satu sisi, Wong Saminlah yang paling pengkoh menolak eksploitasi pegunungan kars itu, sebagai bahan baku dari bahan baku pembangunan. Di sisi lain di antara mereka ada yang berpandangan beda.
Mereka yang menolak berdirinya pabrik semen beranggapan bahwa tanah layaknya ibu yang harus dilindungi sebagai pembawa kehidupan, sehingga menjaga ibu bumi adalah kewajiban yang tak bisa ditawar lagi. Perjuangan menolak tambang dan pabrik semen adalah perjuangan mempertahankan tanah air, yakni menjaga tanah dan air demi kehidupan yang lestari.
Jalan panjang perjuangan itu tak berbatas, melibatkan banyak lembaga, banyak ahli, banyak kelompok masyarakat dan menguras banyak perhatian. Saking alotnya tarik menarik kepentingan, Sedulur Sikep yang lain ikut angkat bicara. Bahwa aksi-aksi penolakan pabrik semen yang sering beratribut serba hitam itu bukanlah mewakili aspirasi semua Sedulur Sikep. Bahwa Ki Samin Surosentiko tidak pernah mengajarkan penyikapan persoalan tertentu secara berlebihan. Mereka merasa cukup dengan kesederhanaan, kejujuran dan kerukunan.

 

Sebagai sing duwe gawe dan tuan rumah TASS, tentu kami tak ingin terlibat di benang kusut pengelolaan Kendeng Utara. Tapi andai saja adu argumentasi tentang itu muncul di forum TASS, disaksikan banyak pewarta yang sigap merekam setiap jengkal kumpulan orang-orang Sikep itu, bukankah tujuan utama TASS akan terhabus oleh sudut pandang yang lebih atraktif dan berdaya pikat. 
Tapi Wong Sikep adalah Wong Sikep, turun geneologis dan ideologis dari Ki Samin Surosentiko itu menunjukkan kelasnya dalam hal kearifan mapakke awak. TASS berjalan gayeng, sendau gurau Kang Gunretno dan Mbah Pramugi, juga peserta lain yang sebagian belum kenal sebelumnya, membuktikan utuhnya paseduluran, sekalipun cara berpikir dan bersikap mereka tentang pabrik semen berbeda.
Perkara remeh temeh yang rasanya sulit terlupa adalah cerita tentang sebungkus rokok yang tersisa beberapa keteng, korek api dan bolpoin plastik murahan. Ketiganya ketlingsut di antara kerumunan sedulur-sedulur Sikep yang sedang duduk lesehan.
Sebagai moderator forum, tak mungkin merisaukan itu dibanding mencermati apa yang disampaikan para peserta; perkenalan diri dan sejarah ringkas penyebaran ajaran Sikep di kampung masing-masing. Hingga acara benar-benar usai, tak ada niat sama sekali untuk menemukan kembali benda-benda tak penting itu. Dan ketika tak sengaja melewati tempat yang sama, ketiganya masih tergeletak di posisi semula. Woow… jika saja itu terjadi di tempat yang beda, termasuk di warung kopi tempat kami biasa nongkrong, sudah kaprah jika ceritanya beda. Dan andaipun tiga bersaudara itu benar-benar hilang, sungguh tak ada yang perlu disesalkan.
Salam seger waras…..
Oleh Dalhar Muhammadun, Ketua LESBUMI PC NU Blora, Direktur Produksi Cerita dari Blora 2019 & Koordinator Kegiatan TASS.

*Opini di atas adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi Bloranews.com