fbpx

PERAJIN PAWON BERTAHAN DI TENGAH GEMPURAN KOMPOR GAS

Pawon (tungku masak tradisional) karya Sarji (47) di Dusun Karangtengah RT 01 RW 01 Desa Karang Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora
Pawon (tungku masak tradisional) karya Sarji (47) di Dusun Karangtengah RT 01 RW 01 Desa Karang Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora

Bogorejo- Kerajinan pawon, atau tungku masak tradisional, masih dapat dijumpai di Blora. Meski, usaha ini terbilang sangat beresiko merugi. Pasalnya, warga lebih memilih memasak dengan menggunakan kompor gas atau alat masak elektrik.

 

Pawon (tungku masak tradisional) karya Sarji (47) di Dusun Karangtengah RT 01 RW 01 Desa Karang Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora
Pawon (tungku masak tradisional) karya Sarji (47) di Dusun Karangtengah RT 01 RW 01 Desa Karang Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora

 

Salah satu perajin pawon, Sarji (47) warga Dusun Karangtengah RT 01 RW 01 Desa Karang Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora mengatakan, permintaan pawon biasanya meningkat saat musim hajat. Pasalnya, pawon dapat digunakan untuk memasak dalam jumlah besar, Kamis (12/12).

“Biasanya, kalau sedang musim pernikahan, mas. Kalau tidak musim hajat, ya sepi. Malah kadang lama terjualnya. Jujur, usaha ini tidak cukup untuk kebutuhan  sehari-hari,” katanya.

Meski demikian, Sarji tetap menekuni pekerjaan yang telah dimulainya sejak tiga tahun silam tersebut. Dirinya mengaku tidak memiliki lahan untuk digarap, dan pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan tambahan.

“Apalagi sekarang. Banyak yang lebih memilih masak nasi pakai rice cooker, atau menggunakan kompor gas. Kalau bukan untuk memasak dalam porsi besar, mana ada yang mau pakai pawon,” imbuhnya.

Sarji membuat pawon dengan bahan dasar tanah lempung yang dicampur dengan sekam padi. Untuk proses pembuatan pawon hingga siap pakai, Sarji mengaku membutuhkan waktu hingga selapan (35) hari.

Untuk tiap pawon, Sarji mematok harga sebesar Rp 70 ribu. Akan tetapi, banyak dari para pembelinya yang menawar hingga ke harga Rp 50 ribu per buah. Tidak ada pilihan lain, Sarji pun menjualnya seperti yang diminta pembelinya.

“Rata-rata, laku Rp 50 ribu. Kalau ada yang beli ya kita layani. Kalau tidak ada, ya diarep-arep (masih berharap). Ini malah masih ada 30 pawon yang belum laku. Beberapa malah sudah ada sarang laba-labanya, saking lamanya,” pungkasnya. (jyk)

Verified by MonsterInsights