fbpx

REBAB DARI BLORA

Ilustrasi.
Ilustrasi.

Hampir seluruh bagian atau komponen gamelan yang kita sekarang, sudah ada paling tidak di abad terakhir dari periode kerajaan Hindu Jawa Timur. Sebenarnya hanya ada satu instrument penting gamelan yang tidak ditemukan bukti kuat keberadaannya pada periode Hindu-Jawa, yaitu Rebab.

Instrument Gamelan telah dikenal dan dimainkan di Singasari dan Majapahit, tetapi tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa instrument-instrumen musik asli Jawa itu digabungkan menjadi sebuah ansambel seperti gamelan modern. Terdapat anggapan bahwa selama periode itu terdapat dua kelompok instrument utama yang sudah dikenal, yang pertama, kombinasi feminim dari instrumen bersuara lembut, dimana penggunaannya berada di dalam ruangan, misalnya Gender, Gambang dan Suling; dan yang kedua, kombinasi maskulin yang ditujukan untuk digunakan oleh orang-orang pria, yang terdiri dari instrumen besar dan terdengar keras, sejenis drum, simbal serta berbagai jenis Gong, baik yang digantung atau diletakkan rata, semuanya memungkinkan untuk dimainkan di ruang terbuka, di kamp-kamp prajurit, sebagai musik perang, dan juga untuk pembuka dan mengiring perayaan.

“Perkawinan” antara dua kelompok itu, orchestra feminim dan maskulin, seakan-akan telah ditetapkan secara permanen paling tidak di awal pada akhir periode Hindu Jawa Timur. Mungkin tidak secara sengaja bahwa penetapan itu ditandai dengan kemunculan Rebab sebagai salah satu instrumen music yang digabung dengan Gamelan.

Rebab, memiliki suara yang khas, resonansi gesekan dawai dari ekor kuda yang kemudian keluar dari tabung kecilnya bahkan seperti gabungan suara kesedihan dan kegembiraan. Sebagaimana suara vocal, Rebab menghasilkan bunyi untuk memodulasi secara tepat perubahan dari kelembutan dan kebisingan, dan juga sebalikya, yang dihasilkan dari suara Gamelan Jawa.

Blora kemudian dikenal sebagai daerah penghasil bahan tabung Rebab paling istimewa. Sebuah surat dari KGPH Letnal Kononel Ajudan Surakarta tertanggal 4 Besar tahun 1773 AJ (4 Desember 1845M) telah dikirim dan sampai kepada Tirta Negara, sebagai tanda terima kasih kerajaan karena Bupati Blora itu telah mengirim sebuah batok kelapa dari Blora kepada Kasunanan yang kemudian dijadikan Rebab Gamelan Istana Kerajaan Surakarta.

Tentang penulis: Totok Supriyanto merupakan pemerhati sejarah dan budaya.

*Opini di atas merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab Bloranews.com

Verified by MonsterInsights