fbpx

IKSAN SKUTER: LAWAN KARYA DENGAN KARYA

Seorang musisi, Iksan Skuter merupakan pria kelahiran Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora mengisi materi Refleksi Sosial dan Karya Seni dalam acara Ngaji Sastra Posonan.
Iksan Skuter menyampaikan materi Refleksi Sosial dan Karya Seni dalam acara Ngaji Sastra Posonan secara virtual google meet.

Blora – Seorang musisi, Iksan Skuter merupakan pria kelahiran Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora mengisi materi Refleksi Sosial dan Karya Seni dalam acara Ngaji Sastra Posonan.

Ngaji Sastra Posonan ini merupakan yang kedua kali, dilaksanakan pada bulan Ramadhan tahun ini dan tahun lalu. Kegiatan yang mengusung tema, Mengkaji Realitas Dalam Sastra dan Seni ini diselenggarakan oleh Pondok Langgeng secara virtual google meet selama empat hari mulai, 11-14 Maret 2022, jam 20:00-22:00 atau setelah tarawih.

Iksan sekarang berdomisili di Malang ini menyampaikan kepada peserta Ngaji Sastra tentang perjalanannya dalam berkarir di dunia musik. Dia menceritakan lika-liku kehidupan yang dihadapi bagaimana mampu menghasilkan sebuah karya musik yang bisa dinikmati orang.

“Musik memang instrument yang berdiri sendiri. Lirik bagiku adalah bagian dari sastra. Karena dia menceritakan sesuatu, menceritakan realita, menceritakan pengalaman si kreator kepada pendengarnya,” terang pria dengan nama asli Muhammad Iksan, Senin (11/4) malam.

Ia menggeluti musik sejak tahun 2000, pada awalnya pernah mempunyai grub band, kemudian ia mengambil jalur solois. Hingga saat ini dia telah merilis 18 album. Menurutnya melawan itu harus moderat.

“Melawan moderat itu melawan karya dengan karya. Seni di sisi lain bicara soal keindahan, fungsi estetik, seni juga bisa menyampaikan apapun, termasuk realita sosial,” ucapnya.

Iksan merasa nyaman dengan lirik-lirik tematik. Musisi masa lalu dengan sekarang mungkin juga memiliki keresahan yang sama dan selalu up to date. Misalnya sawah yang semakin menghilang. Dari kenyamanan tersebut mampu tersampaikan oleh pendengar.

“Saya membuat karya mencoba untuk jujur, karena seni adalah fardhunya. Saya ketemu tukang becak ya cerita soal tukang becak, kemudian juga ketemu pemandangan, anak, istri juga sama. Saya juga bicara soal sosial, cinta, alam. Yang penting harus konsisten,” tuturnya.

Iksan mengaku, untuk mendapatkan ide atau inspirasi biasanya dengan berkendara. Ia berpesan kepada peserta ngaji Sastra bahwa setiap orang memiliki peran yang berbeda-beda. Rumusnya harus gagal dan jika gagal jangan menyerah.

Founder Pondok Langgeng, Wilda Sanavero menjelaskan maksud Ngaji Sastra Posonan bertemakan Mengkaji Realitas Melalui Karya Sastra dan Seni yakni agar lebih peka terhadap realita sosial, kemudian diambil menjadi sebuah karya.

“Alhamdulillah, ngaji posonan jilid 2 ini diberi kesempatan untuk mengundang pemateri-pemateri yang sangat luar biasa. Sangat disayangkan ketika dilewatkan,” jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, pemateri yang diundang dalam Ngaji Sastra Posonan meliputi: Sastrawan Candra Malik, Musisi Iksan Skuter, Sastrawan Wilda Sanavero serta Akademisi Muhim Nailul Ulya. (Jam).