Dalam Serat Paramayoga disebutkan, Sayid Anwar, adalah seorang anak dari Nabi Sis putra Nabi Adam. Diceritakan bahwa dia sangat terkesima dengan penyakit dan kematian kakeknya Nabi Adam, dan sangat ingin melarikan diri dari kematian, sehingga meninggalkan kota tempat tinggalnya, Kusniyamalebari, untuk mencari obat yang akan melindunginya dari segala penyakit dan juga menghindarkan dari kematian.

Dalam perjalanan ia bertemu dengan malaekat Ngajajil, yang kemudian membawa dirinya ke sebuah tempat bernama alam Lulmat (Siluman), yang sangat dingin dan gelap, karena sinar matahari hampir tidak pernah sampai disana. Ngajajil menunjukkan sebuah tempat di Samudra Arktik, dekat Kutub Utara, bernama Maulkayat, yaitu tempat Air Kehidupan (Tirtamarta Kamandalu).
Malaikat membuat Sayid Anwar meminum air ini dan juga mandi di dalamnya. Lalu dia memberinya sebuah vas permata kecil, Cupu Manik Astagina, yang dahulu milik kakeknya, Adam, yang memiliki kekuatan keajaiban delapan kali lipat dan tidak akan pernah habis.
Sayid Anwar mengisi wadah kecil ini sepenuhnya dengan air kehidupan, setelah itu mereka bergegas meninggalkan tanah Lulmat. Di dalam perjalanan, tak jauh dari tempat itu, sampailah ke sebuah batang pohon gundul, tanpa daun, bernama Réwan. Akar pohon ini menjadi dasar segala kehidupan dunia; ketika akar ini (yang disebut Lata Mahosada) dipegang pada seseorang yang meninggal sebelum waktunya, ia menjadi hidup kembali.
Jika pada awalnya vas permata (cupu manik astagina), air kehidupan (tirtamarta) dan akar kehidupan (Lata Mahosada) ini, hanya milik para dewa. Sekarang Sayid Anwar juga telah menerima tiga pusaka ini, dan sangat senang dengan pemenuhan keinginannya itu. Dia pun berangkat kembali menuju Kusniyamalébari.
Tetapi, dalam perjalanannya, bagaimanapun, dia tersesat dan terus mengembara selama bertahun-tahun hingga zaman Nabi Idris. Suatu hari, saat berdiri di tepi lautan, dia melihat dua malaikat yang jatuh dari langit, Haruta dan Maruta. Mereka mengajarkan ilmu tentang penciptaan alam semesta, dan seketika itu juga Sayid Anwar meminta mereka untuk menunjukkan jalan menuju ke surga (Nirwana). Mereka menyuruhnya untuk mengikuti sungai Nil ke sumbernya, karena Sungai Nil itu naik ke Nirwana.
Sayid Anwar pun berangkat dan sampailah di sebuah rawa yang sangat luas Jambirijahiri. Di sebelah selatannya ada gunung rendah, gunung Kapsi, tempat Sungai Nil berhulu. Sayid Anwar naik ke puncak, di mana Ngajajil, kemudian dikelilingi oleh api yang menyala-nyala, menampakkan dirinya sebagai kekuatan Tuhan langit dan bumi.
Sayid Anwar meminta Ngajajil untuk memperlihatkan Nirwana, dimana Tuhan (Allah Tangala) menganugerahkan kepadanya sebuah permata bersinar yang disebut Retnadumilah, yang berisi gambar surga dan neraka.
Sayid Anwar dimampukan oleh Tuhan untuk memasuki permata ini dan dengan demikian dapat melihat surga dan neraka. Melalui permata ini Sajid Anwar mampu membuat apapun yang dia pikirkan menjadi nyata, apapun yang dia inginkan untuk terwujud, dan terbebas dari mengantuk dan kelaparan. Dia diberi perintah dalam segala jenis rahasia dan segera pergi untuk tinggal di Jajirat Ngariyat, alias Pulo Sëpi, di Samudera Hindia di sebelah barat Hindustan, di mana, selain keabadian, dia juga mendapatkan penyatuan dengan dewa dan mendapatkan nama Sang Hyang Nurcahya.
Tentang penulis: Totok Supriyanto adalah pemerhati sejarah dan budaya.
*Opini di atas merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab Bloranews.com