fbpx
OPINI  

TAPA

TAPA
Ilistrasi

Tapa adalah kata sekaligus konsep, yang dalam sejarah Jawa, dahulu sampai sekarang masih memainkan peran yang besar. Kata “Ajar” dan “Tapa” sekarang ini memang jarang ditemui, namun pemahaman dan praktiknya masih jauh dari kata mati. Semua jenis disiplin  tertentu, seperti praktik mengurangi tidur, makanan dan minuman, masih sering dilakukan untuk menyerahkan atau mempersiapkan keputusan penting sebagai langkah konsentrasi pikir, klarifikasi jiwa untuk memperoleh kemantaban keputusan. Bukan hanya sebagai sarana untuk mencapai tujuan tetapi juga sebagai pengembang dari kekuatan spiritual.

 

TAPA
Iustrasi.

 

Istilah “tapa” adalah peninggalan Jawa kuno, meskipun kata tersebut diambil dari bahasa Sansekerta. Pengaruh Hindu, seperti halnya dengan konsep Jawa lainnya di bawah pengaruh budaya yang lebih tinggi, telah menyumbangkan lebih banyak pemaknaan dan konsolidasi.

Satu yang paling terkenal dari semua jenis kepercayaan primitif Jawa, termasuk di Nusantara, adalah dapat dikatakan memiliki sifat fatalistik tertentu yang sama, yaitu kesadaran akan keniscayaan penentuan nasib. Yang, rupanya lahir dari kombinasi antara perasaan lemah kehidupan manusia di satu sisi, dan supremasi kekuatan alam di sisi lainnya. Ajaran Islam tentang “Takdir” dan “Khadar” tidak membawa sesuatu yang baru, tapi telah berasimilasi dengan kepercayaan lama yang lebih memiliki banyak ketajaman makna dan ciri khas.

Pun demikian, pengaruh agama-agama India dengan kecenderungan hiperbolik, harus mengadopsi dan memperlakukan “tapa”. Yaitu simbol konsentrasi batin yang bisa melahirkan supremasi kekuatan kosmis. Tertulis bahwa Brahmana adalah penyebab dari “tapa”, Sang Pencipa dunia asal : bumi, angkasa, surga dan semua makhluk. Dari cerita Mahabharata, dapat kita ketahui tentang bagaimana perjalanan “tapa” di sungai suci. Hukuman dan latihan konsentrasi selama ratusan tahun, dapat mengancam keberadaan para dewa dan mengguncang surga.

Selanjutnya >

Verified by MonsterInsights