fbpx

PERINGATI HARLAH KOPRI, PMII ARYO PENANGSANG CEPU GELAR FGD

Berangkat dari tingginya angka kasus perceraian di Kabupaten Blora yang mencapai angka 1.542 dari Bulan Januari hingga November menarik perhatian bagi organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Aryo Penangsang Cepu.
FGD PMII Komisariat Aryo Penangsang Cepu.

Blora, BLORANEWS – Berangkat dari tingginya angka kasus perceraian di Kabupaten Blora yang mencapai angka 1.542 dari Bulan Januari hingga November menarik perhatian bagi organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Aryo Penangsang Cepu.

Mahasiswa NU tersebut mengadakan Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan di warung kopi Lawang Jati 2 mulai pukul 14.00 sampai 17.00 WIB dengan tema “Hubungan pemicu antara kasus perceraian dengan pernikahan dini di kabupaten Blora dalam Prespektif Islam”.

Diskusi ini dilakukan dalam rangka memperingati hari lahir KOPRI (Korps PMII Putri) yang ke-55 & peringatan Hari Ibu.

Dalam diskusi tersebut PMII menghadirkan beberapa narasumber. Mulai dari Hakim Pengadilan Agama Blora Nasrudin Romli, Pembina PC Fatayat Cepu Siti Nur Chanifah, Pembina PC Fatayat Cepu, dan Ketua KOPRI Pengurus Cabang PMII Blora Idda Ainun Auliya Rahma Bakti.

Dalam kesempatan tersebut, Nasrudin Romli mengatakan bahwa kasus perceraian di Blora sebagian besar disebabkan oleh faktor ekonomi. Namun sebenarnya yang lebih penting dari itu adalah faktor kurangnya ibadah (kesadaran agama).

“Karena nyatanya juga banyak yang ekonominya rendah tetapi juga masih bertahan,” imbuhnya.

Sementara itu, Siti Nur Chanifah menjelaskan tentang menjaga keharmonisan rumah tangga dengan saling mengerti dan melengkapi antar pasangan.

“Selalu bersyukur dan tidak banyak menuntut,” terangnya.

Ketua KOPRI Blora ainun menambahkan bahwa kurangnya kesiapan calon pengantin dan kurangnya pembinaan juga menjadi penyebab perceraian.

“Sebelum pernikahan pasti semua calon pengantin diberikan pembinaan, namun kurang lebih hanya sekitar 10 menit saja.” imbuhnya.